UNAIR NEWS – Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) akhirnya mengantarkan Muhammad Rizky Firman berlabuh di Universitas Airlangga (UNAIR). Bagi mahasiswa asal Universitas Andalas (Unand) Padang itu, Surabaya dan UNAIR memberikan cerita pengalaman yang beragam.
PMM merupakan program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbud Ristek). Program itu memberikan kesempatan mahasiswa Indonesia mencicipi iklim pendidikan di universitas di luar kampusnya se-Indonesia. Dari sabang hingga Merauke.
Setelah penyambutan pada awal September, Rizky dan peserta mulai menjalankan kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan budaya dan lingkungan akademik yang baru.
Mahasiswa program studi (prodi) hubungan internasional (HI) tersebut memilih prodi yang se-linear saat di UNAND.
Alasannya memilih UNAIR adalah reputasinya. Mengingat, UNAIR merupakan salah satu kampus terbaik di Indonesia. Terutama prodi hubungan internasionalnya.
Tidak Banyak Perbedaan
Kepada UNAIR NEWS, Rizky menyebut tidak banyak perbedaan budaya akademik di antara kedua universitas. Mata kuliah yang ditawarkan pada program studi di PTN asalnya dengan yang di UNAIR pun sama.
“Gak jauh berbeda sih dari kampus asalku. Mulai cara mengajar dan tugas,” katanya.
Namun, satu hal yang berbeda, kuota mata kuliah untuk mahasiswa PMM sangat sedikit. Ada tiga mata kuliah untuk HI. Meski demikian, ia tetap mendapat kesempatan mengambil mata kuliah dari fakultas lainnya. Misalnya, mata kuliah dari FEB dan FIB.
“Aku cuma dapat tiga matkul dari HI. Karena, saat pengisian KRS, beberapa mata kuliah sudah penuh,” tutur Rizky.
Kunjungi Tempat Sejarah di Surabaya
Tidak hanya belajar dalam kelas, PMM turut mengadakan kegiatan lainnya. Yakni, modul Nusantara. Itu merupakan serangkain kegiatan yang berfokus untuk menumbuhkan pemahaman kebhinekaan, refleksi, hingga kontribusi sosial mahasiswa.
Rizky menyebut dirinya dan kelompoknya mendatangi tempat-tempat bersejarah dan ikonis di Surabaya. “Kami datang ke Kampung Lawas Maspati, Balai Pemuda (Alun-Alun Surabaya), hingga jalan Tunjungan. Di mana menjadi tempat terjadinya peristiwa bersejarah. Yaitu, perobekan bendera Belanda menjadi bendera Indonesia,” tuturnya.
Pelayanan yang Sangat Baik
Sebagai seorang mahasiswa yang menjadi ‘tamu’, Rizky merasa bahwa UNAIR melayani peserta PMM dengan baik. “Saya juga merasa kalau di sini dosen dan mahasiswa sangat welcome kepada kami,” tambahnya.
Rizky berharap PMM dapat berjalan secara berkelanjutan. Kenangan dan pengalaman baru yang ia dapatkan tidak akan pernah terlupakan. Termasuk dirasakan seluruh peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) lainnya.
Penulis: Syifa Rahmadina
Editor: Feri Fenoria