UNAIR NEWS – Sebagai salah satu dari rangkaian program Indonesian Literature Extravaganza at Universitas Airlangga (ILEN), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (BEM FIB), Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar ILEN Exclusive Talkshow. Program kolaborasi BEM FIB UNAIR dan Airlangga Global Engagement (AGE UNAIR) ini diikuti oleh mahasiswa internasional yang mempelajari sastra dan budaya di Indonesia. Acara berlangsung di Ternate Hall, Gedung ASEEC, Kampus UNAIR B Dharmawangsa pada Sabtu (23/9/2023).
Tema talkshow kali ini adalah Crossing The Boundaries, Unearthing The Power of Words. BEM FIB UNAIR menghadirkan Davyn Sudirdjo BA MS, alumni Stanford University dan pendiri startup Masa AI.
Baru-baru ini, Davyn menyelesaikan program Magister Sains dengan spesialisasi Artificial Intelligence. Sebelumnya, Davyn juga mengambil program Bachelor of Art Major Economics dan Minor Data Science di kampus yang sama. Kini, ia kembali ke Indonesia untuk membangun sebuah startup AI untuk memberikan pendidikan dengan akses mudah dan lebih terjangkau.
Penggunaan Chat GPT
Dalam pemaparan materi, Davyn menjelaskan bahwa saat ini Chat GPT merupakan salah satu tools AI yang pengoperasiannya sesuai dengan kinerja otak manusia untuk menyelesaikan pekerjaan ataupun tugas. Bahkan, sebagian guru menggunakan Chat GPT untuk membuat materi pelajaran.
“Menurut saya, dalam hal pendidikan, Chat GPT sangat membantu saya dalam hal penelitian. Tesis saya sendiri saya putuskan dengan mencoba membingkai argumen saya dan meneliti topik tertentu. Saya menggunakan obrolan GPT untuk banyak hal,” jelas alumnus Stanford University itu.
Lebih lanjut, Davyn menyebutkan bahwa Chat GPT dapat masyarakat gunakan untuk menambah wawasan tentang topik yang mereak minati, merencanakan dan juga memfasilitasi diskusi kelas, bahkan menciptakan petunjuk bagi siswa untuk berdiskusi.
Namun, di sisi lain Chat GPT juga memiliki kelemahan seperti keterbatasan data, sehingga kurang tepat dalam memberikan informasi terkini. Pada akhirnya, Chat GPT hanyalah sebuah algoritma yang tidak bisa memahami sepenuhnya jika tidak disertakan penjelasan secara eksplisit.
Menurut Davyn, Chat GPT tidak terlalu bagus dalam praktik ini. Pasalnya, ia membutuhkan banyak sumber daya, yang berarti memerlukan begitu banyak daya komputasi sehingga sebenarnya tidak terlalu baik bagi lingkungan karena banyaknya misi yang disepakati.
Waspada Menggunakan AI
Pada dasarnya AI adalah tentang personalisasi, lanjut Davyn, yang membuat segala sesuatunya menjadi lebih interaktif dan banyak inefisiensi yang bisa diselesaikan. Selain pendidikan, bidang industri juga dibantu secara mental oleh penggunaan AI dalam skala besar. Namun di sisi lain, AI juga potensi berisiko adaya penyalahgunaan.
“Jika berbicara tentang AI transformatif, ini akan sangat menarik, karena AI transformatif adalah saat AI mulai membangun AI lain, dan itu akan sangat menakutkan. Jadi saya pribadi tidak tahu apakah hal itu akan terjadi dalam satu atau dua dekade ke depan,” ungkap Davyn.
Di akhir pemaparan, Davyn mengingatkan untuk tetap waspada dengan penggunaan AI dan perlu ada verifikasi lebih lanjut mengenai informasi yang tersedia.
“Walaupun banyak sekali manfaatnya, banyak sekali potensi efek samping negatif dari AI. Tidak hanya di Chat GPT, tetapi juga dalam penciptaan AI itu sendiri. Jadi waspadalah terhadap hal itu. Dan setiap kali Anda Chat GPT atau tools AI lainnya, pastikan untuk selalu memverifikasi informasi yang mereka berikan kepada Anda. Jangan mempercayainya 100 persen,” ujar Davyn. (*)
Penulis: Aidatul Fitriyah
Editor: Binti Q Masruroh