Universitas Airlangga Official Website

Gelar Kelas Klinik, Kedokteran Hewan SIKIA Diskusikan FLUTD hingga Manajemen

drh Fizri Afriandana MSc Menjelaskan Mekanisme FLUTD (Sumber: Pribadi)
drh Fizri Afriandana MSc Menjelaskan Mekanisme FLUTD (Sumber: Pribadi)

UNAIR NEWS – Divisi WDAC Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (HMKH) Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga (UNAIR) Banyuwangi kembali menyelenggarakan Kelas Klinik. Program peningkatan kapasitas mahasiswa kedokteran hewan di bidang klinis veteriner itu mengangkat topik Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD). Peserta Kelas Klinik 2023 diajak untuk menggali lebih dalam mengenai topik FLUTD dari segi teoritis dan penanganannya secara praktis yang sering ditemukan dalam dunia praktisi veteriner.

Kenalkan FLUTD dalam Sistem Urin

Pemateri, drh Fizri Afriandana MSc mengatakan sistem urinaria memiliki beragam fungsi vital yang mengakomodasi kebutuhan tubuh. Sistem urin berfungsi utama sebagai saluran ekskresi cairan hasil metabolisme tubuh dari ginjal ke luar tubuh. Tak hanya itu, sistem tersebut juga memproduksi hormon erythropoietin untuk meregulasi proses hematopoiesis hingga proses metabolisme vitamin D. Sehingga gangguan pada sistem urinaria dapat menghambat metabolisme penting tubuh kucing yang menyebabkan hemoragi saluran urinaria hingga beresiko mengalami kematian.

“FLUTD menyebabkan gangguan urinasi yang menyebabkan penurunan kesehatan pada kucing karena proses metabolismenya terganggu,”  katanya pada acara yang diselenggarakan pada Jumat (6/10/2023) di Ruang G202 Kampus SIKIA Giri.

Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) sendiri bukanlah suatu penyakit. Tetapi kumpulan istilah gangguan urinary tract yang terjadi pada kucing. Di Indonesia, prevalensi kejadian FLUTD 56% disebabkan oleh Feline Idiopathic Cystitis, 25% oleh Urinary Tract Infection, 13% oleh Urolithiasis, 4,9 % oleh Urothial Plug, dan 0,4 persen oleh neoplasia.  

“Banyak penyebab dari FLUTD dan mereka memiliki kemiripan gejala klinis. Gejala klinis yang dapat terlihat meliputi hematuria, poliuria, Dysuria, Stranguria, Vocalization, Periuria, Inappropriate urination. Penyembuhannya sebisa mungkin menghilangkan symptom itu,” ujarnya.

Diagnosa dan Manajemen

Untuk menemukan diagnosa spesifik dan penanganan yang tepat, dokter hewan harus melakukan penelusuran melalui metode anamnesa lengkap. Setiap peristiwa harus digali untuk menemukan penyebab dan mengerucutkan diagnosa. Langkah sederhana selanjutnya adalah dengan pemeriksaan urin dari warna, bau, dan pH.

“Kita dapat mengecek urin secara fisik. Jika ada gangguan urinasi dan ditemukan pH tinggi maka dapat mengerucut pada pembentukan batu (Urolitiasis) di dalam sistem urinaria,”  ungkap Scientific Manager Royal Canin Indonesia itu.

drh Fizri menuturkan jika cara paling jitu dalam penanganan masalah urinaria adalah dengan menambah pasokan air putih hewan. Caranya dapat meningkatkan dosis pemberian air maupun menambahkan makanan yang mengundang rasa haus bagi pasien itu.

Hands On Pemasangan Kateter

Selepas sesi materi usai, peserta yang merupakan mahasiswa Kedokteran Hewan SIKIA dari angkatan 2020, 2021, 2022, dan 2023 mengikuti workshop pemasangan kateter. Kateter sendiri merupakan salah satu cara untuk mengeluarkan urin jika pasien mengalami kesulitan buang air kecil. Kegiatan tersebut dibimbing langsung oleh dosen departemen klinik Program Studi Kedokteran Hewan SIKIA yaitu Amung Logam Saputra drh MSi beserta asisten dosen klinik.

Penulis: Azhar Burhanuddin

Editor: Feri Fenoria