UNAIR NEWS – Pemanfaatan AI atau Artificial Intelligence menjadi keniscayaan dalam menyusun publikasi atau riset. Menanggapi hal tersebut, Perpustakaan UNAIR menghadirkan Workshop “Artificial Intelligence in Research” melalui zoom meeting pada Selasa (10/10/2023).
Hadir sebagai pembuka acara, Ika Rudianto selaku Kasi Kepustakaan Perpustakaan UNAIR. Dalam kesempatan itu ia mengakui perkembangan pesat Teknologi AI. “Kita di dunia pendidikan perlu untuk memanfaatkan teknologi tersebut,” ujarnya.
Selanjutnya, paparan hadir dari pemateri workshop KC Tang dari iesResearch. Mengawali presentasinya, KC Tang mengatakan bahwa AI bukanlah hal yang terbilang baru. “Selama 20 tahun terakhir, sudah banyak film yang turut menjelaskan tentang AI,” terangnya.
KC Tang juga menjelaskan bahwa perjalanan AI telah dimulai sejak tahun 1960-an. Kemudian berlanjut dengan Machine Learning pada 1990-an dan Deep Learning pada 2020. AI sendiri, sambungnya, merupakan subjek multidisiplin yang memiliki irisan dengan NLP, computer science dan human language.
Selanjutnya, KC Tang juga menjelaskan kaitan antara Artificial Intelligence, Machine Learning, dan Deep Learning. “Deep Learning merupakan subset atau bagian dari machine Learning, dan Machine Learning merupakan bagian dari AI,” ujarnya.
Tentang Chat GPT
Dalam kesempatan itu, KC Tang juga menyinggung perihal ChatGPT. Menurutnya, platform tersebut sangat memudahkan bagi researcher dan membuat pengguna dapat menggunakan AI dengan mudah.
“Ini seperti berbincang di kehidupan nyata dengan seorang teman. Bisa berdiskusi, dan lain lain” katanya.
Selanjutnya, KC Tang juga menjelaskan bahwa ChatGPT adalah anggota keluarga model bahasa generatif pra-terlatih transformator. Selain ChatGPT, KC Tang juga menyebutkan sejumlah AI tools atau produk AI lainnya yang memanfaatkan konsep LLM atau model bahasa besar.
“Seperti Microsoft Bing, Scite, Grammarly, hingga Consensus,” tandasnya.
Kendati menyediakan berbagai kemudahan untuk pengguna, KC Tang mengingatkan sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan AI tools. “Cek sumbernya atau lakukan literature review” ujarnya.
AI untuk Riset
Terkait peran AI untuk riset, KC Tang memberikan contoh berupa peer-reviewed research engine dengan LLM dari Scite Assistant. Kemudian, sambungnya, ada juga tools lain bernama Scholarcy. Tools itu, menurut Tang, dapat membantu untuk membuat highlight bahkan literature review dengan akurat dan tidak bias.
“Ini dapat memberi Anda sorotan, dan sangat penting untuk penelitian Anda,” tuturnya.
Selain itu, jelasnya, tools AI yang ditunjukkan oleh Tang adalah Writefull. “Writefull akan membantu Anda dalam mengoreksi naskah, panduan penulisan akademis, dan bahkan pemeriksaan bahasa sekali klik,” ujar KC Tang.
Tools terakhir yang ditunjukkan oleh Tang bernama Mind the Graph. Tools itu, jelasnya, berguna untuk membuat poster, gambar, graphical abstract, hingga infografis bagi dokter dan researcher. Di penghujung presentasinya, KC Tang juga lebih memilih AI tools untuk augmentation dibanding automation.
“Daripada otomatisasi, saya lebih suka menyebutnya augmentasi. Kita dapat meningkatkan kecerdasan manusia dengan kecerdasan buatan, bekerja sama,” tutupnya.
Penulis: Danar Trivasya Fikri
Editor: Nuri Hermawan
Baca Juga: Perpustakaan UNAIR Ulas Kiat Terbitkan Artikel Jurnal Internasional