Universitas Airlangga Official Website

Kerja Sama Fakultas Psikologi UNAIR dengan BPBD Jatim Berikan Edukasi Psikososial

UNAIR NEWS – Fakultas Psikologi (Fpsi), Universitas Airlangga (UNAIR) bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur memberikan edukasi psikososial pasca bencana. Edukasi tersebut dilakukan di 20 Desa Tangguh Bencana (Destana) yang berlokasi di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur. Salah satunya di Desa Pakis, Trowulan, Mojokerto mulai Minggu hingga Selasa (08-10/10/2023).

Kegiatan edukasi psikososial tersebut merupakan salah satu program dari Fpsi yang mendapatkan dana dari Kedaireka matching fund Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek). Latar belakang kegiatan tersebut adalah minimnya informasi tentang psikososial di masyarakat. Mengingat, Jawa Timur merupakan daerah rawan bencana seperti banjir, angin topan, gempa, dan gunung meletus. 

Turut hadir Endang Retno Surjaningrum M AppPsych Ph D Psikolog selaku Wakil Dekan III bidang publikasi dan kerja sama Fpsi, UNAIR dan Catur Sudarmanto selaku Sekretaris Jenderal Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Timur.

Berikan Pemahaman

Endang menjelaskan kegiatan tersebut sebagai respon dari urgensi kebutuhan dukungan psikososial yang masih rendah di Indonesia. Lebih spesifik, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat desa. Butuh dukungan psikososial untuk menanggulangi bencana dengan lebih efektif dan bangkit lebih cepat.

“Memberikan pemahaman secara komprehensif dan mampu melakukan pertolongan mandiri sebagai respon tanggap darurat untuk mengatasi bencana,” jelasnya.

Rangkaian Kegiatan

Kegiatan sosialisasi dukungan psikososial ini juga harapannya memiliki manfaat yang berkelanjutan. Rangkaian proses edukasi seperti sosialisasi, focus group discussion, dan kegiatan simulasi. Kegiatan tersebut juga turut melibatkan partisipasi mahasiswa, dosen, dan perangkat desa terkait. 

“Kami ingin memberikan bekal untuk masyarakat agar lebih siap di situasi genting. Karena selama ini dukungan psikososial sering dikesampingkan untuk bisa mendapatkan bantuan,’’ ujarnya.

Catur menuturkan bahwa selama ini masyarakat masih acuh menilai aspek psikologi korban bencana. Sehingga pihaknya ingin dalam sosialisasi, peserta mendapat studi kasus dan berlanjut dengan simulasi penanganan. Harapannya masyarakat mengerti konsep dukungan psikososial sederhana yang bisa mereka lakukan.

“Masyarakat perlu mendapat pengajaran untuk bisa mengidentifikasi, mendengarkan, dan menghubungi pihak profesional jika memerlukan bantuan,” pungkasnya. (*)

Penulis: Satriyani Dewi Astuti 

Editor: Binti Q. Masruroh