UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan para penelitinya. Salah satu cara yaitu mengirimkan perwakilan untuk mengikuti workshop Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Peneliti UNAIR ini menjadi salah satu yang terpilih dari 20 pendaftar terpilih seluruh Indonesia.
Ialah Dr Arif Nur Muhammad Ansori MSi, peneliti Sekolah Pascasarjana UNAIR yang terpilih mengikuti workshop tersebut. Workshop berlangsung pada Senin (9/10/2023). Laboratorium Genomik Genomik dan Cryo-EM KST Soekarno menjadi lokasi pelaksanaan workshop. Arif mengatakan bahwa sebelum terpilih menjadi peserta workshop, ia harus menjalani serangkaian seleksi. “Sebelum terpilih, panitia melakukan seleksi terlebih dulu,” katanya.
Proses seleksi berupa pemantauan rekam jejak calon peserta selama menjadi peneliti. “Panitia memantau rekam jejak calon peserta, kontribusinya pada ilmu pengetahuan yang terlihat dari publikasi ilmiah, serta rekomendasi dari narasumber dan pelatih pada workshop ini,” terangnya.
Mikroskop Elektron Kriogenik
Sebagai satu-satunya perwakilan UNAIR, Arif mempelajari mikroskop elektron kriogenik saat mengikuti workshop. Mikroskop ini merupakan alat canggih yang berhasil membawa penemunya meraih penghargaan nobel. Mikroskop ini memungkinkan pengguna melihat lebih detail bentuk tiga dimensi protein. Teknologi ini bisa membantu dalam produksi vaksin atau obat.
“Teknologi ini memungkinkan peneliti untuk melihat lebih detail bentuk tiga dimensi protein rancangan sebagai kandidat vaksin atau obat,” tuturnya.
Workshop ini merupakan inisiatif BRIN untuk mempercepat pengembangan penelitian dan inovasi pada bidang biologi struktur. Tak tanggung-tanggung, BRIN bahkan mendirikan fasilitas Cryo-Electron Microscopy (Cryo-EM) dalam mendukung upaya tersebut. Fasilitas lengkap dengan peralatan canggih seperti Tundra, Talos, dan Krios 300 kV.
Alat canggih ini membuat Indonesia bisa sejajar dengan negara lain. “Alat canggih ini tersedia untuk memajukan penelitian utamanya yang berkaitan dengan struktur protein. Adanya alat ini membuat Indonesia sejajar bahkan bisa melampaui negara lain seperti Thailand dan Singapura,” jelas Arif.
Pasca mengikuti workshop ini, Arif berharap berbagai bentuk kolaborasi akan tercipta dengan berbagai instansi lainnya. “Setelah ini saya akan mempersiapkan beberapa kolaborasi bersama baik tingkat UNAIR atau kolega internasional yang berbasis riset protein, tutupnya. (*)
Penulis: Icha Nur Imami Puspita
Editor: Binti Q. Masruroh