Universitas Airlangga Official Website

Guru Besar FK UNAIR Kembangkan Teknologi Deteksi Dini Osteoporosis dan Sarkopenia

Prof Dr Rosy Setiawati dr SpRad (K) MSK CCD, Guru Besar Bidang Ilmu Musculoskeletal and Clinical Radiology. (Foto: PKIP UNAIR)
Prof Dr Rosy Setiawati dr SpRad (K) MSK CCD, Guru Besar Bidang Ilmu Musculoskeletal and Clinical Radiology. (Foto: PKIP UNAIR)

UNAIR NEWSFakultas Kedokteran Universitas Airlangga kembali mencetak Guru Besar dalam Bidang Ilmu Musculoskeletal and Clinical Radiology, yaitu Prof Dr Rosy Setiawati dr SpRad (K) MSK CCD. Prof Rosy dikukuhkan oleh Rektor Universitas Airlangga di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen Universitas Airlangga pada Rabu (18/10/2023).

Profil Prof Rosy

Prof Rosy merupakan seorang lulusan S1 Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Ia melanjutkan pendidikan S2 dan S3-nya di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Saat ini, ia telah mempublikasikan 53 dokumen terindeks Scopus.

Pada sidang pengukuhannya, Prof Rosy menyampaikan orasinya yang berjudul Inovasi Radiologi Musculoskeletal untuk Pelayanan Kesehatan Masyarakat Indonesia yang Paripurna.

“Perkembangan radiologi Musculoskeletal telah dimulai sejak penemuan sinar X pada 1895. Teknologi Musculoskeletal mampu mengevaluasi penyakit pencitraan dengan pendekatan multimodalitas,” ujar Prof Rosy.

Teknologi inilah yang ia teliti untuk medeteksi penyakit osteoporosis dan sarkopenia. Osteoporosis, jelasnya, merupakan kondisi ketika kepadatan tulang berkurang sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah. Sedangkan sarkopenia adalah kondisi yang ditandai dengan hilangnya massa otot dan fungsi otot secara progresif dan global seiring bertambahnya usia.

“Beberapa studi menyebutkan bahwa osteosarkopenia merupakan silent killer yang mengancam para lansia. Sayangnya, di Indonesia sendiri studi prevalensinya masih belum banyak yang mengkaji terkait hal ini,” tuturnya.

Deteksi Dini Osteoporosis dan Sarkopenia

Teknologi yang ia kembangkan yaitu alat dual-energy X-ray absorptiometry (DXA). DXA merupakan teknik pencitraan noninvansif yang mengukur kepadatan tulang dan massa otot, sehingga dapat memberikan informasi berharga untuk mendiagnosis osteoporosis dan sarkopenia.

“Pemindaian DXA menghasilkan pengukuran yang akurat dengan memanfaatkan prinsip penyerapan sinar-X dosis rendah untuk membedakan antara tulang dan jaringan lunak, sehingga memungkinkan evaluasi kepadatan mineral tulang dan massa otot secara tepat,” papar pengampu mata kuliah utama Radiografi II itu.

Dengan pemantauan hasil komposisi tulang dan kekuatan massa otot ini, Prof Rosy berharap orang-orang dapat menjadi lebih aware terkait tindakan pencegahan osteoporosis dan sarkopenia. Tindakan pencegahan tersebut dapat diwujudkan melalui gaya hidup yang sehat, seperti rutin berolahraga menahan beban, mengonsumsi kalsium dan vitamin D, serta menghindari konsumsi rokok dan alkohol berlebihan.

“Konsumsi protein yang cukup dan pemeliharaan pola makan yang seimbang juga dapat membantu mencegah sarkopenia,” ucapnya.

Sebagai penutup, Prof Rosy mengingatkan agar selalu menjaga kesehatan tulang dan otot. Kualitas hidup lansia yang baik dan berkualitas tentu akan meningkatkan produktivitas sumber daya manusia.

“Produktivitas sumber daya manusia tentu sangat berdampak pada kesehatan sosioekonomi negara yang optimal. Sayangilah tulang dan otot kita untuk mewujudkan kesehatan dunia yang berkualitas,” pungkasnya. (*)

Penulis : Dewi Yugi Arti

Editor : Binti Q. Masruroh