Universitas Airlangga Official Website

Suarakan Sustainable Living dan SDGs, BEM FST Gelar Seminar Reformafest

BEM FST menggelar seminar dan talkshow “Sustainable Living” pada Sabtu (28/10/2023) di Gedung Kuliah Bersama, Kampus MERR-C. (Sumber: Dokumentasi Panitia)
BEM FST menggelar seminar dan talkshow “Sustainable Living” pada Sabtu (28/10/2023) di Gedung Kuliah Bersama, Kampus MERR-C. (Sumber: Dokumentasi Panitia)

UNAIR NEWS – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar seminar dan talkshow Reformafest bertajuk “Sustainable Living”. Kegiatan tersebut terselenggara pada Sabtu (28/10/2023) di Gedung Kuliah Bersama, Kampus MERR-C.

Reformafest merupakan program kerja kolaborasi Departemen Sosial dan Lingkungan dengan Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FST. Program kerja tersebut sebagai upaya mendukung Sustainable Development Goals (SDGs).

Turut hadir Tahta Amrillah, dosen Rekayasa Nanoteknologi, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) sebagai pemateri dalam acara tersebut. Pada awal acara, Tahta menyampaikan bahwa sustainable living bukan hanya tren, melainkan suatu kesadaran dari dalam diri yang paham dan mengetahui bahwa terdapat kehidupan berkelanjutan yang harus dijaga. 

Evaluasi dalam Kelahiran SDGs

Pada tahun 2000, Millenium Development Goals (MDGs) disepakati oleh negara-negara dunia yang berfokus untuk mengentas kemiskinan ekstrem di dunia pada 2015. Namun, pencapaiannya gagal sebab target yang tidak rasional dan terhambat dalam mobilisasi sumber daya.

Melalui evaluasi panjang, pada 2015, SDGs lahir sebagai suksesor MDGs yang berisikan tujuan-tujuan universal dengan mempertimbangkan berbagai isu dunia. SDGs memiliki misi untuk mencapai perkembangan yang berkelanjutan dalam perekonomian, memastikan kelangsungan sosial, menjaga kelestarian lingkungan, dan menegakkan keadilan serta tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya.

“MDGs hanya memiliki 8 program yang tidak terlalu signifikan. Kemudian, muncul SDGs yang terbagi menjadi 17 program dan ditargetkan dapat selesai pada 2030. Salah satu programnya adalah Clean Water and Sanitation yang bertujuan untuk menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi berkelanjutan,” terang Tahta.

SDGs masih memiliki kekurangan yang perlu dievalusi kembali. Umumnya, masyarakat lebih mengedepankan hak daripada kewajiban, seperti halnya kelompok-kelompok tertentu yang mengutamakan haknya. Kewajiban masyarakat adalah menjaga lingkungan menjadi tertib. Namun pada kenyataannya, masih banyak yang tidak peduli.

Teknologi Transformasi dalam Pembangunan SDGs

Tahta menjelaskan bahwa teknologi memiliki peranan dalam mewujudkan SDGs 2030 untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. Pembangunan perlu dilakukan sesuai dengan arahan-arahan SDGs dan mengikuti aturan yang ketat.

“Pembangunan gedung dan jalan tol berujung pada pembabatan hutan. Tetapi, dengan menggunakan teknologi, gedung dan jalan tol dapat menjadi pengganti pohon. Hal tersebut dengan menggunakan teknologi pertanian, teknologi bangunan, dan teknologi lingkungan,” jelasnya.

Selain itu, solar cell dapat menjadi solusi konkret dalam mengatasi isu lingkungan. Melalui teknologi, solar cell berkembang menjadi transparan dan dapat terurai jika sudah tidak terpakai. 

“Sistem yang bagus tergantung dengan kebijakan-kebijakan pemerintah. Kebijakan tersebut harus mendukung kesejahteraan bangsa Indonesia. Perlu dilakukan peningkatan diseminasi untuk memperluas penyebaran informasi dan pengetahuan,” tutup Tahta pada akhir seminar.

Penulis: Maissy Ar Maghfiroh

Editor: Feri Fenoria