UNAIR NEWS – Terjangan digitalisasi berdampak besar pada dunia pertelevisian. “Mengungsi”-nya masyarakat dari media televisi ke media digital seperti Youtube dan media sosial. Hal itu menjadi pembahasan dalam kuliah tamu yang diselenggarakan oleh Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga. Mengundang Jati Savitri Sekargati, seorang praktisi industri media selama lebih dari delapan belas tahun, kuliah tamu itu berlangsung pada Senin (13/11/2023) via Zoom.
Jati berpendapat bahwa hal yang perlu diperhatikan untuk para pihak di industri media televisi adalah multi-platform, multi-skilled journalist, innovation and creativity, dan discipline of verification.
“Kita itu harus beradaptasi, mau tidak mau kita harus multi-platform juga karena kompetitor juga multi-platform. Kalau kita keras kepala ingin stay pada original platform kita, maka pada akhirnya kita akan ditinggalkan,” jelasnya.
Berpalingnya Audiens Televisi
Dalam beberapa tahun ke belakang, masyarakat lebih memilih untuk menggunakan atau menonton layanan seperti streaming dan media sosial untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Hal itu mengakibatkan menurunnya audiens pada media televisi. Data terkini menunjukkan bahwa 37.5% masyarakat menggunakan media streaming, dan hanya 23% masyarakat yang menggunakan media televisi.
Salah satu faktor yang menjadi penyebab mengapa layanan streaming lebih diminati karena waktu. Dengan penggunaan gawai yang masif, hampir setiap saat masyarakat kita memegang gawai di setiap waktu mereka. Hal itu membuat layanan streaming lebih terakses dengan mudah.
“Contohnya saya, apalagi saya sedang berada di belahan bumi lain. Ketika saya ingin meng-update informasi dari Indonesia. Karena waktu yang berbeda, saya buka Youtube untuk melihat berita,” tutur Jati.
Hal lainnya yang mempengaruhi berpalingnya masyarakat dari media televisi adalah trust score di mana ada beberapa masyarakat yang tidak menonton suatu brand televisi karena orang dibalik brand tersebut berkaitan dengan dunia politik. Atau di dalam brand tersebut, sangat bias terhadap suatu kubu. Selain itu, karena durasi manusia untuk bisa fokus terhadap satu hal hanya dapat berlangsung selama delapan detik. Maka, masyarakat lebih memilih berita yang pendek yang dapat dibaca dari headline dan caption.
Best Content Agar Tetap Diminati
Untuk menciptakan konten yang baik, diperlukan pengamatan dalam melihat perubahan masyarakat saat ini. Jati menjelaskan terdapat lima hal dalam membuat konten, yakni make it simple, bervisual terutama video, adakan infografik, quiz time, dan interaktif.
Audiens tidak suka hal yang ribet, maka kontennya disederhanakan. Untuk mendukung hal itu, infografik dan video dapat ‘bermain’ untuk tetap mendapat perhatian audiens terhadap konten. Konten yang interaktif juga membuat audiens betah menonton/menikmati, maka dari itu quiz time dan survey menjadi salah satu jalan untuk sebuah konten dapat berinteraksi dengan audiensnya. (*)
Penulis: Muhammad Naqsya Riwansia
Editor: Feri Fenoria