UNAIR NEWS – Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP UNAIR bersama Yayasan ALIT (Anak Lintang) Indonesia mengadakan Tengger Ethnomedicine Festival pada (12-14/12/2023). Termasuk dalam rangkaian kegiatan ini, berupa Seminar yang bertajuk “Mengeksplorasi Kekayaan Tanaman Berkhasiat Kesehatan di Wilayah Pegunungan Tengger” pada Selasa (12/12/2023) yang berlangsung di Ruang Adi Sukadana, FISIP UNAIR.
Dalam sambutannya, Wakil Dekan I FISIP UNAIR Prof Dr Bagong Suyanto Drs M Si menyampaikan terkait tujuan dan pentingnya mengikuti acara ini. “Saya senang karena Museum Kematian ini adalah salah satu ikon FISIP (UNAIR). Dan dalam acara Tengger Ethnomedicine Festival ini, Yayasan ALIT dan Museum Kematian mengangkat isu yang menarik untuk kita simak lebih jauh,” jelas Prof Bagong.
Seminar kali ini mengundang sejumlah narasumber yang memiliki pengalaman dan berkaitan erat dengan tema acara. Termasuk diantaranya adalah Kepala Dinas Pariwisata Pasuruan, Dr Eka Wara Brehaspati S STP M Si.
Strategi Pariwisata 3G
Pada pemaparan materi pertama, Eka memaparkan strategi pengembangan potensi wisata tanaman berkhasiat kesehatan pada wilayah Pegunungan Tengger. Ia menjelaskan bahwa dengan adanya lokasi Bromo Tengger Semeru sebagai destinasi wisata, hal ini berdampak kepada sekitar. “Meskipun Bromo Tengger Semeru yang mengelola adalah pihak Taman Nasional, tapi ini juga ber-impact ke masyarakat sekitar (Kabupaten Pasuruan),” ujarnya.
Selanjutnya, Eka membeberkan strategi mewujudkan pariwisata dengan formula 3G (Geber,Gercep,Gaspol). “Nah ini sebenarnya strategi terkait dengan Kemenparekraf yang telah Pak Sandiaga Uno sampaikan,” katanya. Dari pemaparannya, Geber memiliki arti Gerak Bersama dalam memanfaatkan semua potensi untuk mempertahankan industri pariwisata.
Ia juga menjelaskan makna Gercep, “Bergerak cepat memberikan bantuan insentif pada pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif,” ujarnya. Lalu, Gaspol memiliki arti berkecepatan tinggi dalam menghadapi permasalahan apapun terkait kondisi menyangkut permasalahan dan penanganannya.
Wellness Tourism
Berikutnya, Eka juga membeberkan terkait perkembangan tren gaya hidup sehat terhadap pariwisata. Menurutnya, muncul konsep well tourism yakni konsep berwisata dengan tujuan kesehatan. “Ini perpaduan antara fenomena hidup sehat. Orang kadang berwisata ke tempat tertentu karena ingin berobat atau untuk menjaga kesehatan, belum tentu (karena) sakit,” katanya.
Dari pemaparannya, wellness tourism berdampak positif bagi industri pariwisata. “Hal ini berpengaruh positif dan merupakan inovasi strategis dalam mengembangkan industri pariwisata kawasan Bromo Tengger Semeru. Dengan kekayaan budaya dan sumber daya alam yang mendukung,” paparnya.
Menurutnya untuk mempertahankan potensi wisata kesehatan tanaman herbal Pegunungan Tengger Kabupaten Pasuruan, membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. “Tidak bisa mempertahankan pariwisata itu sendiri, perlu dukungan dan kolaborasi pentahelix. Antara pemerintah, dukungan komunitas, masyarakat adat, akademisi dan media,” ujarnya.
Penulis: Tsaqifa Farhana Walidaini
Editor: Nuri Hermawan