Universitas Airlangga Official Website

Nilai Etik Penggunaan Kecerdasan Buatan di Perguruan Tinggi

UNAIR NEWS – Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM), Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar seminar nasional dengan tema “Pro dan Kontra Pelaksanaan Tri Dharma dengan Kecerdasan Buatan”. Seminar nasional tersebut terlaksana di Aula Candradimuka, GKB Lt 9, Kampus Merr-C, UNAIR, pada Selasa (19/12/2023).

Pesatnya perkembangan teknologi turut menerbitkan penemuan baru dengan kebermanfaatan. Kebermanfaatan tersebut turut dirasakan dalam aspek pendidikan di Indonesia. Kemunculan Artifical Intellegence (AI) bagai angin segar bagi praktisi akademik, mulai dosen hingga mahasiswa. Namun, tidak jarang ditemukannya penyalahgunaan AI di kalangan akademisi. 

Turut hadir Prof Dr Dwi Setyawan SSi MSi Apt selaku dekan FTMM yang juga menjadi pemateri. Membawakan sub-tema “Batasan Etik dan Kebijakan Penggunaan AI di Perguruan Tinggi”, Prof Dwi menyebut teknologi tanpa memperhatikan etika dan kebijakan penggunanya bagaikan pisau bermata dua. 

“Seperti yang kita ketahui, teknologi itu seperti pisau bermata dua. Di satu sisi itu sangat digunakan untuk melakukan sesuatu. Di sisi lain, bisa menimbulkan bahaya atau merugikan buat kita,” katanya. 

Prof Dr Dwi Setyawan SSi MSi Apt, dalam pemaparan materi mengenai Batasan Etik dan Kebijakan Penggunaan AI di Perguruan Tinggi

Ketika menyinggung soal etika, hal yang dibicarakan ialah seputar tingkah laku maupun perbuatan seseorang yang bergantung pada moral. Moral yang baik pada diri seseorang perlu didukung oleh akal dengan objektivitas untuk dapat menentukan benar atau salahnya suatu tindakan. Prof Dwi menyampaikan bahwa untuk menilai hasil kerja AI merupakan hal yang tidak mudah.

“Memang agak susah, apakah ini hasil mesin yang diolah dengan kemampuan atau keterampilan kita yang akhirnya menghasilkan suatu inovasi, atau memang dari kerjanya mesin ini? Sehingga kita tidak dapat menentukan mana yang benar dan mana yang salah,” tuturnya. 

Prof Dwi pun menambahkan, untuk mengetahui mana nilai yang benar dan salah, perlu adanya suatu aturan atau kebijakan. Kebijakan atau aturan tersebut bertujuan agar instrumen yang ada untuk tujuan yang benar. Karena itu, seluruh civitas UNAIR dapat berpegang pada motto Excellent With Morality yang dijabarkan berupa Humble, Excellent, Brave, Agile, dan Trancendent (HEBAT).

Motto yang dimiliki menjadi bukti bahwa UNAIR tidak hanya menuntut para civitas untuk sekadar menjadi sosok yang cerdas. Namun tetap harus mengindahkan moral-moral yang ada. Moral tersebutlah yang dapat menjadikan segala kemajuan teknologi yang ada menjadi baik dan penuh manfaat. 

Excellent with morality ini adalah kalimat yang penuh makna menurut saya. Jadi, kita tidak hanya dituntut untuk menjadi manusia yang excellent dalam bidang apapun, tetapi harus ada pertimbangan-pertimbangan moral di sana,” jelas Prof Dwi. 

Baik tenaga pendidik maupun mahasiswa, harus mampu belajar mengenai persoalan teknologi. Hal tersebut agar semua civitas dapat mengikuti segala perkembangan AI yang ada. Hingga nanti, dapat memberikan manfaat terbaik dalam lingkup akademik di universitas. Satu hal yang tidak boleh luput, yakni mengedepankan nilai etika dan kebijakan pada setiap tindakan. 

“Peran AI ini begitu menguntungkan bagi berbagai pihak. Namun kita tetap harus memastikan bahwa apa yang dihasilkan tidak melanggar etika. Oleh karena itu peran dari dosen pembimbing dan penguji itu tetap diperlukan,” tutur Prof Dwi

Penulis: Syifa Rahmadina

Editor: Feri Fenoria