Universitas Airlangga Official Website

Dokter UNAIR TV Edukasi Kewaspadaan Masyarakat Imbas Polio

Dr Dominicus Husada dr DTM&H MCTM(Tp) SpA (K), Ketua Divisi Ilmu Kesehatan Anak bagian Penyakit dan Infeksi Tropik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo saat Menjadi Dokter UNAIR TV pada Jumat (5/1/2024) (Foto: SS YouTube)

UNAIR NEWSDokter UNAIR TV kembali menggelar siniar melalui akun YouTube resminya pada Jumat (5/1/2024). Dalam Dokter Edukasi itu, Dokter UNAIR TV mengusung tema Polio Muncul Kembali, Apa Yang Harus Diwaspadai Masyarakat?

Guna memberikan edukasinya, kali ini Dokter UNAIR TV menghadirkan Dr Dominicus Husada dr DTM&H MCTM(Tp) SpA (K). Ia merupakan Ketua Divisi Ilmu Kesehatan Anak bagian Penyakit dan Infeksi Tropik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo.

Dr Dominicus menyebut bahwa penyakit polio sebenarnya telah tergambarkan sejak ribuan tahun lalu pada gambar-gambar yang ada di candi. Ciri utama penderita polio paling banyak adalah kelumpuhan pada sebelah kakinya, tetapi juga tidak menutup kemungkinan pada otot lainnya.

“Klasik memang di kaki biasanya tapi bukan cuma di kaki, dia bisa di otot mana pun. Tentu yang paling mematikan kalau yang kena itu otot pernapasan sehingga mereka umumnya tidak bertahan, yang hidup adalah yang hanya kena kakinya,” ungkapnya. 

Sayangnya, Dr Dominicus mengatakan jika gejala awal polio yang ringan tidak tampak oleh mata, tetapi harus melalui pemeriksaan laboratorium. Ciri terbesar yang dapat terlihat paling jelas adalah adanya kelumpuhan yang dapat menyerang di mana pun polio menyerang.

“Kalau dia (polio, Red) mengenai selaput otak, ada sedikit gangguan kesadaran walaupun ga sampai berat. Kalau kena otot nafas ya ga nafas, jadi dia diam dan dalam waktu singkat akan meninggal. Jadi, tergantung pada di mana letak virus menyerang dan berat-ringan sakitnya,” jelas Dr Dominicus.

Jika ada gejala yang mencurigakan, Dr Dominicus menghimbau agar segera mendatangi pusat kesehatan. Baginya, tidak perlu harus langsung datang ke spesialis. Datang ke dokter umum terlebih dahulu, nanti jika memang terindikasi polio dokter tersebutlah yang akan melakukan perujukan.

Lebih lanjut, Dr Dominicus mengungkapkan bahwa hingga saat ini tidak ada penemuan obat untuk mengatasi polio. Hal yang paling efektif adalah mencegahnya mengingat otot yang telah mati karena polio tidak dapat hidup kembali.

Menurut Dr Dominicus, virus polio tidak dapat musnah seratus persen di dunia. Jadi, tidak ada jalan lain selain membuat manusianya kebal terhadap virus tersebut. Karena virus ini masuk melalui mulut dan keluar dari kotoran manusia, maka kebersihan menjadi langkah krusial mencegahnya. 

“Harus juga melakukan kebiasaan cuci tangan dan sebagainya, bikin WC yang memadai dan tentu yang paling kita andalkan adalah imunisasi,” kata Dr Dominicus.

Faktanya, pernyataan Indonesia bebas polio telah ada sejak tahun 2014 sebagai hasil besar dari upaya imunisasi. Hanya saja, beberapa waktu belakangan kasus polio muncul kembali di Indonesia sehingga ia mengingatkan masyarakat untuk vaksinasi, terutama anak-anak.

“Cara yang kita lakukan adalah imunisasi, tidak ada jalan lain selain membuat orang ini kebal sehingga virusnya tidak musnah tapi dia ga bisa menyerang orang,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Badrul Anwar

Editor: Nuri Hermawan