Universitas Airlangga Official Website

Lipid sebagai Prediktor Kekakuan Arteri yang Diukur dengan Brachial-Ankle Kecepatan Gelombang Nadi Lengan ke Pergelangan Kaki pada Pasien Diabetes Tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan masalah kesehatan utama dan prevalensinya meningkat di seluruh dunia. Lebih dari 460 juta orang sudah terkena dampaknya, atau 9,3% dari populasi global, dan diperkirakan ada sekitar 578 juta orang yang terkena dampaknya. Kasus pada tahun 2030, Indonesia termasuk di antara sepuluh negara dengan kejadian diabetes terbanyak, diperkirakan sekitar 10,7 juta kasus pada tahun 2019 dan diproyeksikan meningkat menjadi 13,7 juta pada tahun 2030 dan menjadi 16,6 juta pada tahun 2045.

Konsekuensi dari meningkatnya angka DMT2 adalah peningkatan komplikasi terkait diabetes, terutama makrovaskuler dan mikrovaskuler. Prevalensi komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular diperkirakan 27,2%. Namun, penyakit kardiovaskular (PKV) masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada  Pasien DMT2. Dampak ekonomi DMT2 terhadap biaya perawatan medis dan biaya tidak langsung akibat menurunnya produktivitas yang terkait dengan morbiditas diabetes juga signifikan.

Penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer, gagal jantung, dan infark serebral adalah manifestasi dari penyakit kardiovaskuler aterosklerotik (PKVAS) pada diabetes. Metabolisme lipid yang tidak  normal (dislipidemia) adalah patogenesis utama untuk komplikasi PKVAS, dan  dislipidemia sering terjadi pada pasien DMT2, meliputi 60-70% pasien DMT2. Hubungan antara kolesterol dan dampak kardiovaskular sudah diketahui dengan baik. Baru-baru ini, banyak faktor risiko PKVC telah dipublikasikan dalam penelitian internasional, menyiratkan kelainan lipoprotein yang lebih kompleks pada aterosklerosis.

Penerapan rasio lipid, atau perbandingan kadar fraksi lipid (TC/HDL-C, TG/HDL-C, dan LDL-C/HDL-C), dalam kaitannya dengan stratifikasi risiko kardiovaskular dan penilaian kemanjuran terapi penurun lipid, merupakan pilihan yang menjanjikan. Selain keuntungan praktis dalam pengaturan klinis, perubahan dalam rasio ini menunjukkan parameter yang lebih baik dalam mengurangi risiko kardiovaskular dibandingkan dengan parameter lipid konvensional.

Pengerasan arteri menggambarkan perubahan degeneratif matriks ekstraseluler pada lapisan media arteri. Dari sudut pandang patologis, terjadi pengerasan arteri yang berbeda dengan aterosklerosis. Namun, kedua proses tersebut umumnya terjadi di area pembuluh darah yang sama, dan merupakan bagian dari proses penuaan pembuluh darah, dan memiliki faktor risiko yang sama. Selain itu, beberapa studi klinis telah melaporkan hasil yang signifikan hubungan antara kekakuan arteri dan derajat aterosklerosis dan juga dengan risiko kejadian kardiovaskular.

Pengenalan dini kekakuan arteri pada populasi berisiko tinggi, seperti DMT2, sebelum manifestasi klinis PKVAS akan sangat bermanfaat. Kecepatan gelombang nadi karotis-femoral (carotis femoral – pulse wave velocity : cf-PWV) terutama mewakili kekakuan aorta dan dianggap sebagai standar emas untuk pengukuran kekakuan arteri. Saat ini, kecepatan gelombang nadi brachial-femoral atau brachial pulse wave velocity (ba-PWV) telah banyak digunakan dalam klinis dan memiliki hubungan positif yang kuat dengan cf-PWV. Karena ba-PWV lebih mudah didapat dan lebih nyaman bagi pasien, alat ini dapat berfungsi sebagai alternatif pengukuran cf-PWV.

Peran kadar kolesterol HDL pada populasi paruh baya dan lanjut usia, telah dikaitkan dengan perlindungan terhadap kekakuan arteri, namun data mengenai penggunaan rasio lipid  sebagai alat prediksi penanda biokimia untuk kekakuan arteri pada DMT2 masih kurang, terutama pada populasi Indonesia.

Penelitian ini melibatkan Seratus delapan puluh empat pasien DMT2 dewasa di klinik rawat jalan diabetes di Rumah sakit umum akademik  Dr. Soetomo. Yang berobat antara tahun 2015-2019. Data yang diteliti meliputi bagaimana profil lipid pada pasien DMT2 dengan kekakuan arteri yaitu kecepatan gelombang denyut brakhialis-pergelangan kaki (ba-PWV) > 18 m/detik,  dibandingkan dengan profil lipid pada pasien DMT2 tanpa kekakuan arteri (ba-PWV ≤ 18 m/detik),

Kelompok dengan kekakuan arteri memiliki profil lipid yang lebih tinggi: kolesterol total (TC), trigliserida (TG), kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL-C), kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL-C), dan rasio lipid. Korelasi positif yang signifikan ditemukan antara TC, TG, LDL-C, dan semua rasio lipid dengan ba-PWV. Korelasinya negative ditemukan antara HDL-C dan ba-PWV.

Peningkatan rasio TG/HDL-C diatas 4,51 meningkatkan risiko 12 kali lipat mengalami kekakuan arteri dan peningkatan non-HDL-C diatas 150 mg/dL menyebabkan risiko 16 kali lipat mengalami kekakuan arteri. Dari penelitian ini menyimpulkan bahwa profil lipid dan rasio lipid, khususnya rasio TG/HDL-C dan non-HDL-C, merupakan penanda biokimia potensial untuk risiko kekakuan arteri  pada pasien T2DM.

Penulis : Soebagijo Adi Soelistijo

Informasi detail dari laporan ini dapat dilihat pada publikasi kami di:

https://doi.org/10.12688/f1000research.128627.2

https://f1000research.com/articles/11-1582