UNAIR NEWS – Center of Excellence for Patient Safety and Quality (CoE PSQ) Universitas Airlangga (UNAIR) baru saja menggelar lokakarya pada Rabu (17/1/2024). Lokakarya yang bertajuk “Komunikasi Efektif dengan Pembelajaran Klinis Mentorship” itu menghadirkan Dosen Poltekkes Kemenkes Pontianak, Ns Suhariyanto SKep MKep sebagai pembicara.
Ns Hari, sapaan akrabnya, memaparkan bahwa komunikasi menjadi aspek penting dalam dunia keperawatan. Pasalnya, sebagian besar kejadian tidak diinginkan (KTD) di rumah sakit terjadi akibat kesalahan komunikasi, termasuk di bagian keperawatan. “KTD ini paling banyak terjadi di keperawatan karena kita yang 24 jam bersama pasien, paling banyak melakukan pengasuhan dengan pasien,” kata Hari.
Komunikasi Efektif
Ns Hari mengatakan bahwa setiap tenaga keperawatan memiliki pengalaman tersendiri dalam menangani masalah KTD. Akan tetapi, kunci penanganan tersebut salah satunya adalah melalui komunikasi efektif, baik dengan pasien maupun sejawat. “Setiap dari kita punya pengalaman sendiri sendiri dalam menangani maupun komunikasi, bagaimana mengelola supaya kita maupun adik-adik perawat pelaksana ini tidak melakukan KTD,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ns Hari menerangkan bahwa dalam praktik komunikasi efektif terdapat Supervisi Refleksi “Gibbs” atau Gibbs Reflective Cycle. Terdapat lima komponen, yakni pengalaman, perasaan, evaluasi, analisis, kesimpulan, dan rencana tindak lanjut. Selain Gibbs, Ns Hari juga mengimbau para perawat di seluruh rumah sakit untuk menerapkan komunikasi efektif melalui tata verbal, vokal, dan visual. “Artinya, kita harus jelas secara kata-kata, intonasi, dan bahasa tubuh,” ungkapnya.
Peran Pembimbing
Perlu adanya pendampingan dengan pembimbing (preceptor) untuk meminimalkan KTD dan meningkatkan komunikasi efektif. Ns Hari mengibaratkan pembimbing adalah ibu yang mengandung. Pembimbing biasanya merupakan staf keperawatan yang telah berpengalaman dan mampu memberikan pengarahan dan supervisi kepada staf perawat baru.
Pembimbing, kata Ns Hari, berperan menyiapkan staf muda untuk meningkatkan rasa percaya diri sekaligus memantapkan otonom profesional. “Pembimbing membantu menyiapkan kemampuan untuk percaya diri. Walaupun adik-adik ners baru sudah setahun pendidikan profesi tetapi tetap perlu bimbingan untuk memantapkan diri, memantapkan otonom profesional,” jelasnya.
Tidak hanya itu, pembimbing juga berperan sebagai advisor dan sponsor. Dengan kata lain, pembimbing tidak saja memberi arahan pada staf muda, tetapi juga mendukung karier perawat muda dengan menyelaraskan kemampuan dan kesempatan yang ada. “Jadi, sebagai pembimbing kita harus mengikuti perkembangan adik-adik ners kita, ya. Kita bisa sebagai tutor, advisor, sponsor. Misalnya, kita membantu atau merekomendasikan peluang karier atau pendidikan ke depan berdasarkan kemampuan dan kepakaran mereka,” tegas Hari.
Penulis: Yulia Rohmawati
Editor: Feri Fenoria