“Ad meliora. Towards better things”
UNAIR NEWS – Gelar Wisudawan Terbaik S2 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (UNAIR) Periode 241 jatuh kepada Diaz Adrian. Mahasiswa program studi ilmu linguistik itu berhasil menuntaskan studinya dengan raihan IPK cumlaude 3.96 dalam waktu tiga semester. Selama menjadi seorang mahasiswa, ia aktif menjadi asisten peneliti hingga mengikuti konferensi internasional.
Lelaki yang akrab disapa Diaz itu bercerita bahwa perkuliahan adalah masa yang paling mengesankan karena ia dapat meraup banyak pengalaman. Selain menjadi mahasiswa, ia juga bekerja sebagai instruktur bahasa Inggris—mengajar TOEFL, IELTS preparation, general dan business English—di salah satu lembaga kursus.
Jadi Asisten Peneliti
Di samping mengajar, ia juga aktif terlibat sebagai asisten peneliti yang mana ia dan dosen pembimbingnya mendapat program Matching Fund Kedaireka. Dalam program tersebut, ia berhasil membuat sebuah alat prototype bernama Arrasyi-Kid yang berfungsi untuk mendeteksi masalah membaca pada anak usia sekolah.
“Mengikuti program tersebut telah membuka perspektif saya jauh lebih lebar tentang permasalahan linguistik yang tengah terjadi di dunia pendidikan kita,” ucap alumnus program studi Bahasa dan Sastra Inggris UNAIR itu.
Lebih lanjut, Diaz mengatakan bahwa dirinya juga pernah mengikuti konferensi internasional di Thaksin University, Songkhla, Thailand. Ia berhasil meraih penghargaan best paper lewat paper-nya yang membahas pembelajar bahasa Inggris dewasa di Indonesia dalam konteks kelas nonformal.
Ikuti Konferensi Internasional
Ia mengaku tidak pernah menyangka bisa meraih penghargaan itu. Pasalnya, ada banyak para akademisi yang telah bergelar PhD di ASEAN yang turut ikut dalam konferensi tersebut. Di sana, mereka juga membawakan paper-paper yang berkualitas.
Kendati demikian, Diaz sangat bersyukur karena penghargaan tersebut tidak lepas dari bimbingan para dosennya. Selama S2 pula, ia telah memublikasikan sejumlah jurnal dengan dua di antaranya berhasil terindeks Scopus.
“Itu adalah pengalaman yang sangat berharga dan tak ternilai. Berkat pengalaman tersebut, saya dapat terekspos pada dunia akademis pada bidang ilmu saya,” papar mahasiswa asal Surabaya itu.
Diaz berharap pasca lulus nanti, ia bisa menjadi seorang dosen sebagaimana impiannya sejak kecil. Ia juga menyadari bahwa konsekuensi menjadi dosen adalah harus melanjutkan pendidikan S3. Tersebab itu, pada saat yang bersamaan ia juga berancang untuk melanjutkan studinya di bidang linguistik terapan.
Penulis: Rafli Noer Khairam
Editor: Khefti Al Mawalia