UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengantarkan mahasiswanya dalam menggapai pengalaman berharga melalui program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Kampus Merdeka. Salah satu mahasiswa beruntung yang berkesempatan mengikuti program MSIB adalah Muhammad Rafi. Ia adalah mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR angkatan 2020.
Rafi berkesempatan mengikuti program MSIB batch 6 di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), cabang Surabaya. Pengalaman ini ia raih melalui program Pangan Aman Goes to Campus (PAGC) batch 5, di mana ia berperan aktif sebagai fasilitator keamanan pangan.
“Sebagai fasilitator keamanan pangan, tugas saya membantu Usaha Menengah Kecil (UMK) dalam implementasi penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) sehingga akhirnya mereka memperoleh Nomor Izin Edar (NIE),” ujar Rafi.
Dampingi UMK
Rafi menjelaskan, program MSIB di BPOM berlangsung selama lima bulan. Dua bulan pertama berjalan secara online dan tiga bulan selanjutnya secara offline. Sebelum mendampingi UMK, mahasiswa mendapatkan pembekalan dan materi terkait regulasi dan prinsip keamanan pangan, dilanjutkan pelatihan penyuluh keamanan pangan tingkat pertama berbasis kompetensi.
“Tiga bulan berikutnya, saya berkesempatan mendampingi UMK dalam mengurus izin edar produk pangan mereka. Kebetulan, saya mendapatkan kesempatan mendampingi UMK UD NAPA KIMCHI, ” paparnya.
Rafi mengungkapkan, setiap mahasiswa magang wajib mendampingi satu UMK, dengan minimal melakukan kunjungan setiap satu minggu sekali. Kegiatan ini dapat membantu UMK dalam meningkatkan kualitas dan keamanan produk pangan. Sehingga ke depannya kepercayaan konsumen terhadap produk yang mereka jual akan meningkat.
“Kegiatan ini memberikan saya kesempatan untuk berkontribusi secara langsung dalam meningkatkan kualitas keamanan pangan di Indonesia,” ujar mahasiswa peminatan kesehatan lingkungan itu.
Tantangan dan Pengalaman Berharga
Dalam perjalanan selama magang, Rafi menjelaskan tantangan terberat adalah mengatur waktu antara magang dengan kesibukannya menyelesaikan skripsi. Selain itu, ia juga harus mempelajari alur dalam mengurus surat izin edar yang cukup kompleks dan membutuhkan pemahaman mendalam.
“Saat proses mendampingi UMK, kami harus memahami betul terkait regulasi dan prinsip keamanan pangan di UMK tersebut. Mengurus dokumen izin penerapan CPPOB juga harus mempersiapkan beberapa berkas yang menjadi tantangan tersendiri,” ungkap Rafi.
Meskipun banyak tantangan yang ia hadapi, Rafi tetap antusias dan bersemangat selama menjalani magang. Ia merasa senang dapat membantu UMK mendapatkan nomor izin edar dan berkontribusi meningkatkan kualitas produk pangan di Indonesia.
“Saya merasa senang dapat berkontribusi pada keamanan pangan di Indonesia. Terlebih pengalaman ini membantu saya mengembangkan soft skills yang penting untuk jenjang karir kedepannya,” ujarnya.
Penulis: Hana Mufidatuz Zuhrah
Editor: Yulia Rohmawati