UNAIR NEWS – Gandeng Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar acara Anti Corruption Talk (ACT) Series 2024. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Pimpinan KPK RI, Dr Johanis Tanak SH MH dan Kepala Bagian Pelayanan Informasi dan Komunikasi Publik KPK. Selain itu, hadir pula sebagai pembicara, Dosen FH UNAIR Iqbal Felisiano SH LLM; Dosen UNESA Mi’rojul Huda SIP MIP; Dosen UTM Tolib Effendi SH MH. Acara berlangsung di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen, Kampus MERR-C Universitas Airlangga (UNAIR), Jumat (14/6/2024).
Pada kesempatan tersebut, Rektor UNAIR Prof Dr Moh Nasih SE MT Ak hadir untuk memberikan sambutan dalam acara pembukaan. Prof Nasih mengatakan bahwa pihaknya bersyukur mendapat kesempatan sebagai tuan rumah acara tersebut.
“Bersyukur sekali hari ini kita bisa melakukan sharing berkaitan dengan beberapa aktivitas untuk anti korupsi. Tentu kami sangat senang karena UNAIR mendapat kepercayaan untuk menjadi host pada kegiatan ini,” ujarnya.
Menurutnya, kegiatan seperti ini sepatutnya sering diselenggarakan. “Kegiatan yang seperti ini, saya pikir harus sering kita lakukan. Sebab, menjadi ikhtiar kita semua untuk bisa saling mengingatkan, saling memberikan masukan. Sehingga, seluruh tindakan kita, nantinya akan menjadi tindakan yang berat dan tindakan yang efisien,” sambungnya.
Penyebab Korupsi
KPK sendiri telah bergerak selama kurang lebih dua puluh tahun, dan dapat dilihat hasil-hasil pencapaiannya dan dampaknya di berbagai sektor. Kendati demikian, lanjut Prof Nasih, Indonesia masih harus tetap berbenah. Terutama dalam bidang ekonomi dan investasi yang kerap menjadi sasaran korupsi.
“Sisi outcome, tampaknya ada beberapa hal yang perlu penekanan. Biaya hidup tinggi, masih nggak turun-turun, karenanya investor pun enggan masuk ke Indonesia. Itu menjadi salah satu penyebab korupsi,” ujar Prof Nasih.
Selanjutnya, Prof Nasih juga menyinggung terkait isu korupsi yang kerap disangkutpautkan dengan pendidikan. Seringkali, kata Prof Nasih, korupsi dikaitkan dengan jabatan fungsional, seperti halnya profesor, doktor, yang kerap tersangkut korupsi.
“Pencurian atau korupsi mestinya tidak dikaitkan dengan pendidikan, karena konotasinya seolah perguruan tinggi itu mencetak koruptor-koruptor, padahal itu hanya satu dua case yang kebetulan,” jelasnya.
Selaras dengan HEBAT
Guru Besar FEB UNAIR itu berharap bahwa dunia pendidikan akan terus menggelorakan karakter dan sifat anti korupsi. Sebagai salah satu perguruan tinggi nasional, UNAIR harus terus berkomitmen menegakkan sikap antikorupsi pada para civitas academica. Komitmen itu selaras dengan HEBAT UNAIR.
“Hebat ini merupakan singkatan dari humble, rendah hati, honest, jujur. Kejujuran ini yang terus tertanam pada berbagai macam proses pendidikan di UNAIR. Kemudian excellent; brave; agile; dan transcendents. Insyaallah dengan menjadi orang-orang yang hebat, tidak akan ada korupsi, dan tidak akan menjadi koruptor,” pungkasnya.
Penulis: Annisa Nabila
Editor: Yulia Rohmawati