UNAIR NEWS – Guna memberikan wawasan seputar perusahaan kepada mahasiswa, Fakultas Ekonomi dan Bisnis menghelat kegitan sharing bersama alumni, Rabu (26/4). Hadir langsung dari USA, Drs. Andreas Gunawan atau Liem Tiauw Gwan, alumni pertama FE UNAIR tahun 1962. Dalam kesempatan itu, ia berbagi pengalaman tentang mendirikan sebuah perusahaan. Ia mengaku dalam mendirikan perusahaan memerlukan berbagai kiat.
“Pertama kali saya ingin mendirikan pabrik, saya pelajari terlebih dahulu seluruh aturannya. Tidak dipungkiri birokrasinya membutuhkan waktu lama apabila tidak ada amplopnya,” jelasnya.
Gunawan juga memaparkan bahwa untuk memperoleh izin pendirian pabrik, ia turut dibantu Menteri Perindustriaan kala itu. Jalinan keduanya berhubungan akrab karena dulunya ia turut membantu mengumpulkan data perusahaan di Surabaya. Dalam hal ini ia menekankan bahwa apabila sesorang senang membantu orang, maka orang lain akan membantu.
“Dengan mengantongi izin, anda harus mulai memikirkan apa yang ada di lingkungan ini dan dibutuhkan masyarakat, namun belum tersedia. Mulai ubahlah paradigma tentang membangun perusahaan hanya membutuhkan modal, tetapi membutuhkan otak untuk berfikir,” terang Gunawan.
Saat itu, Gunawan melihat produk amplas yang harus diimpor dari China. Ia berfikir produk seperti amplas saja pasti bisa dibuat di dalam negeri. Dengan prinsip bekerja maksimal, ia mulai menyelidiki jenis-jenis amplas dan teknologi pembuatannya.
“Amplas itu ada 136 jenis dan terus berkembang, dari untuk kaca mata hingga permukaan pesawat terbang. Lantas, saya berusaha menghubungi Norton yang sebagai salah satu perusahaan amplas terbesar di dunia,” kata Gunawan di hadapan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Pada awalnya, ia harus berusaha mendapatkan teknologi pembuatan amplas hingga ke Jerman dan Italia. Meskipun jatuh bangun, ia terus gigih hingga mendapat kepercayaan dari Norton di Indonesia.
Selain itu, Gunawan menilai dalam menjalankan sebuah perusahaan bukan hanya modal, bahan mentah, dan manusia sebagai faktor produksi. Melainkan manusia dibutuhkan dalam kondisi utuh, bukan hanya kekuatan fisiknya, tetapi lebih mengarah pada daya pikirnya. Maka, ia memilih karyawan dengan lulusan STM dibandingkan Sekolah Dasar.
“Dalam memilih tenaga kerja, jangan memilih semurah mungkin karena murah bukan berarti produktif,” terangnya.
Sebagai seorang pemimpin perusahaan, Ia meminta seluruh karyawannya untuk berfikir tentang perusahaan. Sebagai feedback, karyawan yang mencetuskan ide akan memperoleh bonus gaji. Terbukti dengan metode ini terkumpul berbagai ide untuk penghematan penggunaan bahan baku, efisiensi biaya, hingga metode lainnya.
“Pimpinan dan karyawan adalah satu kesatuan. Saya dan istri juga sering membantu kegiatan karyawan, seperti arisan. Bahkan, mengajak karyawan untuk menikmati liburan bersama sekaligus keluarganya,” terang pria yang mengaku senang dengan dunia teknik ini.
Dari keseluruhan pencapaiannya, ia menilai sukses itu berbeda-beda untuk setiap orang. Kesuksesan menurutnya ialah ketika berguna bagi masyarakat, mampu mengabdi pada Tuhan, dan anak-anak dapat makan sendiri.
Penulis: Siti Nur Umami
Editor: Nuri Hermawan