UNAIR NEWS – Di Indonesia, minyak jelantah merupakan salah satu sumber limbah terbesar. Menurut Traction Energy Asia pada tahun 2021, Pulau Jawa menyumbang 80,52% limbah minyak jelantah yang banyak terbuang tanpa proses pengolahan.
Di sisi lain, membuang minyak jelantah secara terus menerus akan menimbulkan masalah yang serius bagi lingkungan. Namun, jika minyak masyarakat gunakan kembali, lemak tidak jenuh pada minyak akan teroksidasi dan membentuk senyawa peroksida yang berbahaya bagi kesehatan.
Permasalahan yang sama juga terjadi di Desa Drancang, Kecamatan Menganti, Gresik. Masyarakat Desa Drancang masih belum memiliki keterampilan untuk mengelola potensi bahan alami dan limbah rumah tangga secara optimal. Oleh karena itu, kelompok KKN BBK-4 Drancang UNAIR menginisiasi sebuah program kerja (proker) bertajuk Eco Candle Project.
Kelompok ini beranggotakan sembilan mahasiswa dengan program studi berbeda, yaitu Findy Azalea (FISIP), Diana Febrian Dika (FISIP), Arzeti Zunaedi (FIB), Ratih Islami (FKp), Dya Ayuning Kusuma (FV), Dzaki Fathurrahman (FV), Pridah Yunita (FV), Muhammad Auliya (FTMM), dan Devi Rizky (FTMM). Didampingi oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Dr Inna Kuswandari S Si M Si.
Project Eco Candle
Project Eco Candle merupakan program yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dalam pengelolaan lilin aromaterapi berbasis limbah minyak jelantah serta memberikan solusi untuk memanfaatkan potensi minyak jelantah sisa penggorengan menjadi lilin aroma terapi.
“Lebih dari itu, program ini dapat memberdayakan warga untuk menciptakan produk kreatif yang bernilai ekonomi dan ramah lingkungan,” kata Auliya selaku ketua kelompok KKN-BBK 4 Drancang.

Pengolahan minyak menjadi lilin aromaterapi membutuhkan bahan-bahan yang sederhana. Salah satunya stearic acid atau stearin. Penambahan stearin yang kaya akan asam lemak, seperti palmitat dan stearat menyebabkan minyak goreng bekas berubah menjadi padat. Asam lemak inilah yang berperan penting dalam memberikan bentuk pada lilin saat proses pendinginan.
“Pastinya selain limbah minyak jelantah, bahan yang masyarakat perlukan ada arang aktif untuk menghilangkan bau pada minyak, krayon bekas untuk pewarna, dan essential oil untuk pengharum lilin,” ucap mahasiswa FTMM itu.
Dalam praktiknya, kelompok KKN-BBK 4 Drancang menyampaikan sosialisasinya dalam metode demonstrasi tentang tata cara pengolahan limbah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi. Kegiatan tersebut berlangsung di Balai Desa Drancang pada Minggu (7/7/2024) dengan peserta ibu PKK se-Drancang.
Output Program
Eco Candle Project mendapat sambutan antusias dari warga Desa Drancang. Para peserta aktif bertanya tentang teknik pembuatan lilin, pemilihan wangi, hingga potensi pemasaran produk lilin nantinya.
Program ini diharapkan dapat berkontribusi pada SDGs ke-12, yaitu Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab. Mengurangi limbah, mendorong konsumsi yang bertanggung jawab, dan memberdayakan masyarakat melalui peningkatan ekonomi kreatif berkelanjutan.
“Harapannya program ini dapat berkontribusi pada pengurangan limbah rumah tangga dan pengembangan ekonomi kreatif warga Desa Drancang,” pungkas Auliya.
Penulis: Diana Febrian Dika
Editor: Edwin Fatahuddin Ariyadi Putra
Baca juga: Mahasiswa UNAIR Miliki 2 Perusahaan Bidang Budidaya Rumput Laut Gracilaria