Universitas Airlangga Official Website

Atasi Masalah Lingkungan, Mahasiswa KKN-BBK UNAIR Sulap Limbah Tahu Jadi Pupuk Organik

Kelompok mahasiswa KKN-BBK UNAIR menggelar sosialisasi dan demonstrasi pengolahan limbah tahu menjadi pupuk organik (Foto: Dok. Kelompok KKN BBK Desa Ngepeh)
Kelompok mahasiswa KKN-BBK UNAIR menggelar sosialisasi dan demonstrasi pengolahan limbah tahu menjadi pupuk organik (Foto: Dok. Kelompok KKN BBK Desa Ngepeh)

UNAIR NEWSUniversitas Airlangga (UNAIR) tengah lakukan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Belajar Bersama Komunitas (BBK) 4, dengan mengirimkan mahasiswanya di beberapa daerah di Jawa Timur. Salah satu lokasinya adalah di Desa Ngepeh, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. 

Salah satu permasalahan di Desa Ngepeh adalah limbah yang dihasilkan oleh pabrik tahu. Limbah tersebut kerap kali mengganggu lingkungan warga sekitar. Untuk itu, kelompok mahasiswa KKN-BBK UNAIR menggelar sosialisasi dan demonstrasi pengolahan limbah tahu menjadi pupuk organik. Kegiatan sosialisasi tersebut berlangsung Jumat (19/7/2024), sementara pembuatan pupuk organik pada Minggu (21/7/2024).

Salwa Makrunah, ketua pelaksana mengatakan di Desa Ngepeh terdapat industri tahu yang cukup besar. Namun, pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut terbilang belum optimal sehingga mengganggu lingkungan sekitar.

“Masing-masing pemilik memiliki cara berbeda-beda dalam mengelola limbah mereka, ada yang sudah mendingan dan sangat sangat buruk. Dari situ kami berpikir perlu dilakukan edukasi dan motivasi, terutama pada owner pabrik tahu mengenai pengelolaan limbah tahu,” tutur Salwa. 

Puncak permasalahan terjadi ketika musim kemarau, di mana limbah tahu tidak dapat mengalir bersamaan dengan aliran sungai. Saat kondisi tersebut terjadi, limbah tahu akan menggenang di suatu lokasi.

“Berbeda halnya dengan musim kemarau, kali atau sungainya mati, ga ada aliran air. Ketika limbah tahu dibuang, tentunya akan diam, stuck dalam suatu lokasi. Jika semakin lama, akan membusuk, dan baunya itu bisa sampai satu desa,” jelasnya. 

Limbah dari pabrik tahu itu terbagi menjadi dua, limbah padat dan cair. Kedua limbah itu sebenarnya masih dimanfaatkan lagi misalnya untuk pakan ternak dan oncom. Ada dua solusi yang ditawarkan kelompok KKN-BBK 4 Desa Ngepeh, yakni solusi jangka pendek dan jangka panjang. Untuk solusi jangka pendek dapat melalui metode lumpur aktif.

“Sedangkan solusi jangka panjang, memanfaatkan limbah cair tahu, sebagai pupuk organik cair. Mengingat, keadaan sekitar ada persawahan,” imbuh Salwa.

Pembuatan pupuk organik dari limbah tahu tersebut hanya memanfaatkan limbah cair tahu sebagai bahan baku pembuatan. Setelah itu, limbah ditambahkan Effective Microorganism 4 (EM4) yang berfungsi sebagai pengurai atau dekomposer.

“EM4 mengandung mikroorganisme yang dapat membuat senyawa organik yang ada di limbah cair tahu yang semula kompleks menjadi lebih sederhana, sehingga menghasilkan unsur-unsur yang diperlukan tanaman,” papar Salwa.

Selain EM4, terdapat tambahan bahan yakni tetes tebu yang berfungsi memancing EM4 untuk melakukan penguraian. Setelah itu, dilakukan inkubasi selama lima sampai tujuh hari ke depan, dalam keadaan wadah tertutup, karena reaksi fermentasi secara anaerob. “Untuk mengetahui tanda pupuk sudah dapat digunakan adalah ketika dibuka dari proses inkubasi, aroma yg tercium seperti tape,” tambahnya. 

Penulis: Annisa Nabila

Editor: Yulia Rohmawati