UNAIR NEWS – YouTube menjadi salah satu aplikasi yang tetap eksis hingga saat ini. Sejak pertama kemunculannya di tahun 2005 silam. Aplikasi tersebut telah menyuguhkan banyak tayangan audio visual dengan berbagai ide kreatif dari berbagai pengguna di seluruh penjuru dunia.
Tidak hanya berisi tayangan hiburan, ada banyak konten menarik yang juga menyajikan berbagai informasi dan edukasi. Oleh karena itu, kini tayangan audio visual begitu masyarakat dunia minati. Apalagi sudah banyak kreator yang membuat konten edukasi menarik sebagai penyegaran suasana belajar.
Topik ini kemudian dibahas lebih komprehensif dalam workshop “Content Creator Developing Cultural and Historical Knowledge”. Workshop tersebut merupakan menjadi satu agenda konferensi pada International Convention of Asian Scholers (ICAS) 13 yang berlangsung pada Senin (29/7/2024).
“Ada banyak konten menarik yang kini bisa ditemukan di YouTube, TikTok, dan Instagram, yang sebenarnya juga kini menjadi media yang tepat untuk belajar, seperti halnya belajar sejarah dan kebudayaan,” tutur Asisi Hariyanto, pemilik kanal YouTube Asisi.
Isu Sejarah dan Kebudayaan
Menurut Asisi sejarah dan kebudayaan menjadi suatu isu yang penting bagi Indonesia sebagai negara dengan catatan sejarah panjang pada masa kemerdekaan. Oleh karena itu, seseorang creator harus menyampaikan informasi tidak hanya secara menarik, namun juga dari sumber yang dapat dipercaya.
“Di sini peran seorang akademik diperlukan sebagai penyedia pengetahuan dan berkolaborasi dengan content creator,” tutur Arthur Swanye Tun yang juga mengisi workshop.
Jika Asisi mengupas perihal sejarah dan kebudayaan Indonesia. Arthur turut mengupas sejarah Myanmar melalui kanal YouTubenya Bloodsworn: A Burmese Historian. Arthur membahas sejarah pada kanalnya karena termotivasi akan kurangnya kesadaran terhadap konten tentang sejarah Myanmar secara Internasional. Padahal, sejarah merupakan jati diri bangsa
Kirby Araullo asal Filipina, yang juga seorang kreator tentang Budaya dan Bahasa, memaparkan bagaimana bunyi bahasa yang biasa dituturkan oleh masyarakat Filipina (Red: Tagalog) memiliki bunyi yang unik. Keunikan bunyi tersebut menjadi ‘wajah’ dari masyarakat Filipina.
“Kenapa mengenal sejarah sama dengan mengenal diri kita? Itu karena sejarah suatu bangsa menjadi bagian dari masyarakatnya, seperti halnya bahasa, di Filipina kami menggunakan bahasa Tagalog yang memiliki bunyi yang unik,” tutur Kirby.
Penulis: Syifa Rahmadina
Editor: Edwin Fatahuddin
Baca juga: Dihadiri 1300 Partisipan, Opening Ceremony ICAS 13 Berlangsung Meriah