Universitas Airlangga Official Website

Panel Diskusi ICAS 13 Bahas Representasi Identitas Negara di Asia

Sesi panel discussion Identity and Representation in East and Southeast Asia , Rabu, (31/7/2024) pada ruang P2.09, Gedung Sekolah Pascasarjana, Kampus Dharmawangsa-B, Universitas Airlangga (UNAIR). (Foto : Istimewa)

UNAIR NEWS – Hari keempat ICAS 13 masih diramaikan dengan berbagai panel discussion, roundtable discussion, dan festival. Salah satunya adalah panel discussion yang membahas mengenai cara setiap negara di Asia Timur dan Asia Tenggara menunjukan representasi identitas budayanya. 

Panel discussion bertajuk Identity and Representation in East and Southeast Asia itu berlangsung pada hari Rabu (31/7/2024) di ruang P2.09, Gedung Sekolah Pascasarjana, Kampus Dharmawangsa-B, Universitas Airlangga (UNAIR). Diskusi ini menghadirkan topik-topik segar mengenai representasi tiap negara dari segi kultur, budaya, wisata, hingga kuliner.

Ohsoon Yun, dari Ethiopian Culture Research Institute, Korea Selatan menyampaikan bahwa dirinya telah mengeksplorasi wisata kopi di daerah-daerah yang terkenal dengan produksi kopi. Eksplorasi itu ia lakukan melalui penelitian empirisnya dengan fokus utama pada Ethiopia. “Menurut Saya, di dunia ini hanya terdapat dua jenis kopi. Satu, kopi Ethiopia, dan sisanya adalah kopi lainnya”. Hal tersebut disampaikan oleh  

Ethiopia, yang merupakan tempat kelahiran kopi Arabika, terkenal dengan kopi berkualitas tinggi dari berbagai daerah, seperti Kaffa, Yirgacheffe, Harar, Sidama, Limu, Jimma, dan Guji. Meskipun Ethiopia memiliki sumber daya yang melimpah dan menjadi tujuan wisata kopi yang populer. Namun, negara ini menghadapi beberapa tantangan dalam mengembangkan sektor kopi secara serius.

“Sebagai seseorang yang telah menyelesaikan program Magister dan PhD tentang wisata kopi di Ethiopia, serta saat ini terlibat dalam kegiatan bisnis yang berkaitan dengan kopi Ethiopia, saya terus melakukan penelitian di bidang ini setelah lulus,” papar Ohsoon Yun.

Presenter selanjutnya, Nur WIdiyanto, dari Ambarrukmo Tourism Institute Yogyakarta, Indonesia memaparkan risetnya yang berjudul Tourism Development and A Newly Constructed Image of the Japanese: A Study in Penang and Bali. 

Ia bercerita mengenai sistem pendidikan nasional, cerita rakyat, dan keberadaan museum perang di Indonesia dan Malaysia. Di kedua negara tersebut, warisan pahit dari masa pendudukan Jepang terus direproduksi dengan berbagai cara. Terjadi juga transformasi yang signifikan dari masa penjajahan ke hubungan diplomasi politik dan ekonomi yang terjadi beberapa dekade terakhir. 

Lebih lanjut, terdapat pula perubahan citra baru tentang Jepang yang berasal dari adanya kegiatan pariwisata. Studi yang dilakukan Widiyanto berfokus pada peran pertemuan langsung antara penduduk lokal di Bali dan Penang dengan pengunjung Jepang melalui pariwisata dalam membentuk citra baru tentang Jepang. 

Pada paparannya, Widiyanto menjelaskan bahwa meskipun hubungan dengan Jepang telah membaik, memori kolektif dari era pendudukan Jepang masih ada. “Interaksi langsung dengan wisatawan Jepang dapat membantu memperbaiki citra Jepang di Bali dan Penang, namun faktor lain seperti perilaku dan manfaat ekonomi dari pariwisata juga berperan penting,” paparnya. 

Penulis : Febriana Putri Nur Aziizah

Editor : Edwin Fatahuddin