Universitas Airlangga Official Website

Mahasiswa FKp UNAIR Raih Medali Perunggu dalam Ajang IHEC

Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (UNAIR) kembali raih medali perunggu dalam ajang IHEC (Foto: Istimewa)
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (UNAIR) kembali raih medali perunggu dalam ajang IHEC (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Mahasiswa Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga (UNAIR) kembali raih medali perunggu dalam ajang IHEC. IHEC (Islamic Health Essay Competition) merupakan kompetisi esai nasional yang diselenggarakan oleh Sie Kerohanian Islam Ners (SKINers) FKp UNAIR. Acara itu berlangsung secara daring pada Sabtu 3/8/2024. 

Kedua mahasiswa peraih medali itu ialah Alifah Nur Afni Oktavia Fakultas Keperawatan A2020 (Ketua) dan Rivia Ghina Rahmi Fakultas Farmasi  A2021 (Anggota). Mereka berhasil meraih juara tiga dengan inovasinya mengenai kesiapsiagaan bencana.

“IHEC merupakan lomba kepenulisan nasional sebagai wadah pengembangan softskill  dalam hal kesiagaan bencana dan kaitannya dengan transformasi kesehatan,” ujar Alifah kepada UNAIR NEWS, Kamis (8/8/2024)

Mewakili timnya, Alifah menuturkan bahwa kali ini IHEC mengambil tema tentang “Kesiagaan Bencana dalam Pelayanan Kesehatan melalui Integrasi Teknologi Inovatif dan Spiritualitas untuk Meningkatkan Respon Darurat”. Terdapat tiga subtema yaitu kesehatan, sains dan teknologi, serta kemanusiaan dan empati. 

Prototipe aplikasi RESCUE (Foto: Istimewa)
Prototipe aplikasi RESCUE (Foto: Istimewa)

“Tim kami memilih subtema sains dan teknologi. Menurut kami kesiapsiagaan bencana menjadi salah satu hal penting dalam kesehatan, khususnya keperawatan di mana tenaga kesehatan terutama perawat sangat dibutuhkan pada situasi bencana untuk dapat meningkatkan keberhasilan penanggulangan bencana,” imbuhnya. 

Alifah menuturkan perawat dalam kesiagaan bencana tidak luput dari peran penting dalam memberikan tindakan keperawatan pada fase mitigasi bencana, kesiapsiagaan, respons (tanggap), recovery (pengobatan) dan rehabilitatif atau pemulihan. Perawat tidak hanya memberikan pertolongan perawatan pada korban bencana yang sakit atau cedera. Namun, perawat juga dapat berperan dalam tahap kesiapsiagaan, mitigasi bencana, tanggap darurat, recovery dan rehabilitasi.

“Tim kami mengajukan Inovasi yang berjudul RESCUE: Inovasi Earthquake Detector Terintegrasi Aplikasi sebagai Sarana Mitigasi Bencana Gempa Bumi Berbasis IoT bagi Masyarakat,” tuturnya. 

Alifah membuat alat pendeteksi gempa yang terintegrasi dengan aplikasi. Inovasi tersebut bertujuan untuk mengumpulkan dan merekam data dari hasil gerakan yang terjadi oleh gempa secara otomatis dan dapat diakses kapan pun tanpa terhalang situasi. Salah satu perwujudannya melalui penerapan disaster planning berupa peningkatan pengetahuan masyarakat dan sistem peringatan dini yang cepat dan tepat. 

“Gagasan sistem early warning berupa alat pendeteksi gempa terintegrasi dengan aplikasi RESCUE (Risk Evaluation and Strategic Contingency Utilization for Emergency) oleh sensor ADXL345 yang terhubung dengan Mikrokontroler Wemos D1 R2,” jelasnya. 

Akses pemberitahuan kepada pengguna secara real time melalui notifikasi di smartphone, edukasi berbasis augmented reality, konseling post-bencana, dan pemberitahuan informasi mengenai ketersediaan obat-obatan saat bencana. Selain itu, dalam aplikasi RESCUE terdapat beberapa fitur penunjang guna mewujudkan manajemen risiko bencana yang cepat dan tepat yang akan bekerja sama dengan BMKG dan BNPB.

Penulis: Rosita

Editor: Yulia Rohmawati