UNAIR NEWS – Tiga mahasiswa dari Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) telah mencetak prestasi membanggakan. Ketiganya meraih Juara II Lomba Public Relations (PR) Campaign. Lomba tersebut merupakan bagian dari ajang Communication Event 2024 yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Udayana.
Tim UNAIR yang berhasil membawa pulang prestasi membanggakan itu terdiri dari Abdul Malik Mambauddin, Nadya Chairunnisa, dan Ni Luh Dea Novita Dewi. Dalam wawancaranya pada Jumat (16/8/2024), Abdul Malik atau yang akrab disapa Abdul, mewakili tim menjelaskan bahwa mereka mengikuti kategori lomba Public Relations. Tema dari kategori lomba tersebut adalah “Resilient Responses: Crisis Management in Film Production Public Relations”.
Ruang Diskusi Inklusif
Selanjutnya, Abdul menjelaskan lomba kali ini cukup berbeda dari lomba PR pada umumnya. Biasanya, lomba PR berfokus pada pemasaran atau membangun awareness perusahaan. Lomba besutan Universitas Udayana itu lebih menekankan pada manajemen krisis.
“Kami bertugas untuk menyelesaikan masalah nyata yang sedang berlangsung. Peserta mendapatkan kebebasan untuk memilih isu atau krisis dari production house mana saja. Asalkan masalahnya masih berlangsung dan belum ada solusinya,” jelas Abdul.
Setelah melakukan riset, Tim UNAIR memutuskan untuk mengangkat kasus film Vina: Sebelum 7 Hari yang saat itu ramai menjadi perbincangan karena mengangkat kisah tragedi pembunuhan menjadi sebuah film horor. Abdul menjelaskan bahwa timnya membuat kampanye dengan menciptakan ruang diskusi inklusif melibatkan kritikus film, ahli perfilman, dan penonton untuk membahas nilai dan tujuan produksi film tersebut.
Pendekatan Multi-Channel
Dalam kampanye itu, Tim UNAIR mengusung pesan kunci “Sinema Bermakna, Narasi Bertanggung Jawab, Institusi yang Bermartabat,”. Lebih lanjut, Abdul mengatakan bahwa terdapat tiga nilai utama yang menjadi penekanan. Tiga nilai itu di antaranya karya bernilai kemanusiaan, ruang diskusi terbuka, dan integrasi etis dalam produksi film.
“Kami beraspirasi untuk menciptakan program berkelanjutan yang berdampak signifikan bagi industri perfilman Indonesia. Dengan melibatkan interaksi langsung dengan audiens melalui kampanye yang inovatif. Kami mengoptimalkan pendekatan multi-channel dan teknologi Virtual Reality (VR) untuk meningkatkan engagement dan pengalaman penonton,” papar Abdul.
Pendekatan multi-channel dengan memadukan elemen teknologi, tambah Abdul, bertujuan untuk membangun ekosistem perfilman yang lebih reflektif, etis, dan kreatif sekaligus mendorong dialog konstruktif antara pembuat film, kritikus, dan penonton.
Pelajaran Berharga
Pengembangan ide ruang diskusi inklusif dianggap penting oleh tim karena hingga saat ini, film “Vina Sebelum 7 Hari” masih dalam kontroversi yang panjang. Dengan adanya program PR ruang diskusi inklusif, Tim UNAIR berharap dapat membuka ruang diskusi yang lebih luas dan menjadi pembelajaran bagi industri film Indonesia dalam mengembangkan karya yang lebih bermakna.
Pada akhir, Abdul mewakili anggota tim menyampaikan pelajaran berharga yang mereka dapat dari kompetisi itu. Yakni tidak ada yang tidak mungkin tercapai selama ada kemauan untuk berusaha dan terus belajar. “Kunci kesuksesan terletak pada konsistensi untuk terus belajar dan mendalami pengetahuan yang sedang kita tekuni. Setiap tantangan adalah kesempatan,” pungkas Abdul.
Penulis: Adinda Aulia Pratiwi
Editor: Yulia Rohmawati