UNAIR NEWS – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar webinar bertajuk Peringatan Darurat: Menyikapi Tantangan Pilkada 2024. BEM FH berkolaborasi dengan Komunitas Peradilan Semu (KPS) FH UNAIR untuk menggelar acara ini. Kegiatan berlangsung secara online melalui zoom pada Sabtu (7/09/2024). Terdapat 70 peserta yang mengikuti webinar ini.
Dalam webinar ini, BEM FH UNAIR bersama KPS FH UNAIR mengundang para pakar hukum sebagai pembicara. Mereka adalah Dr M Syaiful Aris SH LLM selaku dosen Hukum Tata Negara FH UNAIR dan Ansori SH MH yang merupakan Hakim Agung AD HOC Tipikor. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada mahasiswa terkait isu-isu pemilihan kepala daerah (Pilkada) beserta tantangannya.
Melalui diskusi ini, harapannya mahasiswa juga dapat menjadi agen perubahan untuk Pilkada yang lebih baik. “Dengan kegiatan ini, diharapkan para mahasiswa hukum dapat mengambil peran untuk mengawal proses Pilkada 2024 sehingga tidak hanya menjadi pengamat. Namun, juga sebagai agen perubahan nantinya,” ujar Celina selaku perwakilan BEM FH UNAIR.
Dinamika Pemilihan Umum di Indonesia
Dipandu oleh Maullana Tegar Bagaskara S H selaku moderator, webinar ini membahas tiga mosi utama, yaitu dinamika pemilihan umum (Pemilu) dari tahun ke tahun, tantangan kecurangan Pemilu dan politik uang, serta hastag KawalPutusanMK.
Pada sesi pembahasan mosi pertama, Aris memaparkan perkembangan pemilu di Indonesia, mulai dari pemilihan presiden dan wakilnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hingga pada akhirnya dipilih langsung oleh rakyat. Lebih lanjut, Dosen Tata Negara tersebut turut menanggapi argumen yang muncul di publik mengenai ketidaksiapan rakyat Indonesia untuk memilih pemimpinnya secara langsung.
“Setiap model Pemilu, baik penunjukan, keterwakilan, maupun langsung, memiliki plus minus-nya sendiri-sendiri. Menurut saya, faktor yang paling penting adalah budaya masyarakat. Kecenderungan orang tidak akan memilih kalau tidak dapat sangu misalnya. Itu meskipun kelihatannya satu orang terima tidak banyak. Namun, dikali dengan sekian ribu orang. Jumlahnya akan menjadi besar. Itu menjadi salah satu tantangannya (dari pemilihan langsung, Red), yaitu cost politic yang tinggi,” tutur Aris.
Harapan untuk Mahasiswa
Pembicara lain, yaitu Ansori, turut menambahkan adanya permasalahan pada pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Permasalahan ini menjadi salah satu tantangan Pemilu karena banyak masyarakat menjadi objek politik uang karena rendahnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan mereka.
Untuk menutup sesi pembahasan, Ansori menitipkan pesan kepada para mahasiswa untuk menjaga idealisme ketika menduduki suatu jabatan politik di masa depan. Ia berharap para mahasiswa dapat menjaga demokrasi yang berkualitas di Indonesia.
“Yang tidak kita harapkan adalah mahasiswa ketika sudah mendapatkan kekuasaan itu memple semua. Mari kita jaga demokrasi ini lebih berkualitas melalui kesadaran politik kita bersama dengan masyarakat yang lain,” ujar Ansori.
Penulis: Khumairok Nurisofwatin
Editor: Edwin Fatahuddin