UNAIR NEWS – Dalam upaya memperluas wawasan global dan meningkatkan kualitas akademik, Universitas Airlangga (UNAIR) mengirimkan mahasiswa untuk mengikuti program pertukaran pelajar di Kampus Top Singapura, National University of Singapore (NUS) melalui program Discover NUS.
Annisaa Ahmad, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR, menjadi salah satu peserta yang terpilih. Mahasiswa yang memiliki nama sapaan Nisa itu menjalani program pertukaran pelajaran di kampus top Singapura dengan fully funded terhitung sejak Agustus hingga Desember mendatang.
“Aku 100 persen dibiayai sama NUS untuk biaya kuliah dan asrama yang ada fasilitas sarapan dan makan malam gratis. Aku hanya mengeluarkan biaya airfare dan uang saku selama di sini,” tuturnya dalam wawancara.
Meski semula mengikuti program ini tanpa ambisi besar, Nisa menemukan banyak hal baru yang memperluas pandangannya terhadap dunia pendidikan.“Sejujurnya, aku tidak pernah ngambis dan berencana ikut program NUS. Cuma iseng aja daftar karena ingin pengalaman baru,” ungkap Nisa.
Selama mengikuti program, Nisa berkesempatan bertemu dengan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia, seperti UI, ITB, dan UGM. Selain itu, ia juga menjalin relasi dengan mahasiswa internasional dari negara-negara lain, seperti Inggris, Amerika Serikat, China, Jepang, dan beberapa negara Eropa.
Sistem akademik yang menunjang
Menurut Nisa, sistem pembelajaran di NUS cukup berbeda dengan UNAIR. Di NUS, mahasiswa sudah mendapat jadwal tugas secara menyeluruh di awal semester, sehingga lebih mudah mempersiapkan diri.
“Di sini, satu mata kuliah berbobot empat SKS dengan dua pertemuan per minggu. Sistem pembelajarannya terdiri dari sesi Lecture dan tutorial. Menariknya, tidak semua mata kuliah punya ujian tengah dan akhir semester. Penilaian murni dari tugas dan partisipasi,” jelas Nisa.
Nisa menuturkan bahwa alumni program ini berkesempatan untuk mendapatkan beasiswa S2 di NUS. Bagi Nisa, kesempatan ini menjadi motivasi besar untuk mengembangkan potensi akademiknya lebih lanjut.
Namun, tak semuanya berjalan mulus. Salah satu tantangan yang ia hadapi adalah perbedaan bahasa dan logat di Singapura. “Meskipun menggunakan bahasa Inggris, orang Singapura berbicara cepat dan memiliki kosakata yang tidak ada di bahasa Inggris formal,” ujar Nisa.
Program ini juga mendukung perkembangan personal Nisa. Ia berharap dapat menerapkan budaya belajar yang ia miliki selama di NUS saat kembali ke UNAIR. “Aku harap aku bisa menerapkan kebiasaan belajar ku di sini saat kembali ke UNAIR. Semenjak aku kuliah di NUS aku jadi lebih rajin belajar. Di mana, aku harus belajar sebelum datang ke kelas agar bisa ikut berdiskusi dengan teman-teman dan dosen,” tutupnya.
Penulis: Aidatul Fitriyah
Editor: Edwin Fatahuddin