UNAIR NEWS – Perencanaan kehamilan menjadi hal penting bagi setiap pasangan yang sudah menikah. Untuk itu, pemilihan alat kontrasepsi yang tepat menjadi kunci bagi pasangan yang ingin menunda atau merencanakan kehamilan. Dalam rangka memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia 2024, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menggelar Dokter UNAIR TV bertajuk “Awas! Jangan Asal Pilih Kontrasepsi.”
Acara ini disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Dokter UNAIR TV pada Jumat (27/9/2024). Gelaran tersebut menghadirkan dokter spesialis saraf, dr Pandu Hanindito Habibie SpOG sebagai narasumber. Ia membahas lebih dalam mengenai berbagai jenis kontrasepsi dan tips memilih kontrasepsi yang sesuai kebutuhan.
Dokter Pandu menyebutkan bahwa tidak semua orang memiliki akses yang memadai terhadap edukasi mengenai kontrasepsi. Dalam paparannya, pada tahun 2023 tercatat ada sekitar 39,6 juta pasangan usia subur, di mana 53 persen di antaranya membutuhkan kontrasepsi.
“Ini menunjukkan bahwa banyak pasangan yang sebenarnya ingin menunda kehamilan atau belum ingin hamil terlebih dahulu. Dari 53 persen pasangan yang membutuhkan kontrasepsi, sekitar 59,6 persen telah menggunakan metode kontrasepsi modern. Namun, angka ini masih di bawah target yang seharusnya mencapai 62, persen,” ungkapnya.
Jenis Kontrasepsi
Alat dan obat kontrasepsi bukan hanya berfungsi untuk mencegah kehamilan yang tidak terencana. Akan tetapi, juga untuk melindungi dari infeksi menular seksual. Kontrasepsi terbagi menjadi beberapa jenis, salah satunya berdasarkan jangka waktu penggunaan.
“Kontrasepsi jangka panjang dapat terbagi menjadi dua, yaitu reversible dan irreversible. Untuk metode irreversible, sterilisasi pada pria maupun wanita adalah pilihan yang tersedia. Sementara itu, metode jangka panjang reversible meliputi penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau Intrauterine Device (IUD), serta implan. Kedua metode ini dapat digunakan tanpa mengganggu produksi ASI, sehingga aman bagi ibu menyusui. Metode ini cocok untuk ibu nifas atau yang baru melahirkan,” papar dokter Pandu.
Saat ini, banyak pasangan muda yang baru menikah ingin menunda kehamilan untuk berbagai alasan. Seperti melanjutkan pendidikan atau merencanakan perjalanan liburan. Dokter Pandu menekankan bahwa metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan jangka waktu menjadi pertimbangan penting.
“Jika pasangan yang baru menikah ingin menunda kehamilan selama beberapa bulan, seperti tiga atau enam bulan, bisa menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek, seperti pil KB atau kondom. Namun, jika ingin menunda kehamilan di atas satu tahun, kita arahkan untuk menggunakan jangka panjang yang reversible. Contohnya adalah implan yang bisa bertahan hingga tiga tahun atau Intrauterine Device (IUD) yang bisa bertahan sampai lima tahun,” tuturnya.
Tips Memilih Kontrasepsi
Lebih lanjut, dokter spesialis kandungan itu menjelaskan bahwa tak hanya wanita, pasangan pria atau suami juga dapat mengambil peran dalam menggunakan kontrasepsi. Salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan aman untuk pria adalah vasektomi.
“Kontrasepsi itu sebenarnya tidak hanya untuk wanita saja, pria juga bisa ikut berkontribusi. Metode vasektomi itu jauh lebih sederhana dan tidak berisiko daripada metode tubektomi atau sterilisasi pada wanita. Sehingga metode vasektomi tanpa pisau menjadi alternatif yang aman dan efektif sebagai metode kontrasepsi permanen bagi pria,” jelasnya.
Dokter Pandu menambahkan, bagi wanita dengan gangguan metabolik seperti hipertensi, diabetes, atau obesitas, ada metode kontrasepsi khusus yang direkomendasikan. World Health Organization (WHO) telah mengeluarkan kriteria kelayakan medis yang membantu menentukan metode yang paling aman bagi wanita dengan kondisi tertentu.
“WHO mengeluarkan suatu alat yang disebut MEC wheels, yang membantu kita memilih metode kontrasepsi yang aman bagi wanita dengan kondisi gangguan metabolik. Bagi mereka yang memiliki gangguan metabolik metode non-hormonal seperti AKDR berbahan copper adalah pilihan yang aman,” imbuhnya.
Dokter Pandu juga menjelaskan bahwa konseling prapemasangan dan pascapemasangan bertujuan agar pasien memahami sepenuhnya efek samping, risiko, dan manfaat dari metode yang dipilih. “Jika ada efek samping tertentu, seperti perubahan siklus menstruasi biasanya kita sudah sampaikan di awal saat konseling pra-pemasangan. Kemudian, jika efek samping tersebut tidak bisa diterima, maka kita akan pertimbangkan untuk switch metode yang lain,” pungkasnya.
Penulis: Raissyah Fatika
Editor: Yulia Rohmawati