Universitas Airlangga Official Website

Mahasiswa MKSB Bagi Strategi Pertahankan Budaya Tengger

Pemaparan materi dalam kuliah umum lokalitas masyarakat Tengger (foto: Lady)

UNAIR NEWS Magister Kajian Sastra Budaya (MKSB) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar kegiatan kuliah umum bertajuk Lokalitas bersama Masyarakat Tengger. Kegiatan berlangsung di Baladaun, Tosari, Pasuruan pada Kamis (3/10/24). Fokus kegiatan ini adalah memberi edukasi kepada masyarakat Tengger terkait strategi mempertahankan budaya tengger dan adat istiadat di tengah globalisasi. Kegiatan tersebut menghadirkan pembicara sekaligus pelaku budaya Tengger dari komunitas Baladaun Kariadi. Komunitas Baladaun merupakan kelompok masyarakat peduli lingkungan dan budaya di Tengger.

Memahami Lokalitas Masyarakat Tengger

Kariadi mengawali pembicaraan dengan penggalian data dan filosofi kebudayaan suku Tengger kepada peserta kuliah umum. Ia menceritakan Adat Tengger yang terus masyarakat pegang saat ini hingga kisahnya yang sangat bersejarah. 

“Masyarakat Tengger sudah ada sejak abad ke IV dalam sejarahnya mereka disebut sebagai keturunan Roro Anteng dan Joko Seger. Filosofi yang saat ini masih dikenal dengan ketaatan religius dalam beragama nya,” jelasnya.

Baladaun menjelaskan bahwa kentalnya kebudayaan masyarakat Tengger masih terus terjaga dengan baik hingga hari ini. Ia menjelaskan bahwa masyarakat sangat baik dalam menjaga budaya turun-temurun di tengah gempuran budaya asing di era sekarang.

“Sistem adat dan budaya masih dipegang teguh oleh Suku Tengger sehingga berhasil membuat mereka menjaga kelestariannya. Meskipun banyak tantangan dari era sekarang dalam gaya berpakaian kemudian gaya hidup serta pola pikirnya, para pemuda masih enggan pindah karena rasa nyaman berada di Tengger tempat masa kecil mereka,” tambahnya.

Menjaga Objek Wisata

Ketua Himpunan MKSB UNAIR Lady Khairunnisa S Hum mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat Tengger terkait menjaga objek wisata. Ia berharap masyarakat dapat menjaga agar objek wisata di Tengger tidak tereksploitasi. 

“Pemaparan budaya di wilayah Tengger bukan sekedar objek wisata yang dilihat pada umumnya, akan tetapi perlu diperhatikan agar tidak terjadinya sebuah eksploitasi wisata oleh pihak yang tidak bertanggung jawab apalagi meninggalkan ritual turun-temurun,” jelasnya.

Penulis: Ersa Awwalul Hidayah

Editor: Edwin Fatahuddin