Universitas Airlangga Official Website

Mahasiswa FK Tingkatkan Kesadaran Penyakit Lupus Melalui Pengmas

Pemeriksaan kesehatan dalam rangkaian SALLY the lupus (Foto: Dok. Narasumber)
Pemeriksaan kesehatan dalam rangkaian SALLY the lupus (Foto: Dok. Narasumber)

UNAIR NEWS – Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit lupus, mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) menginisiasi pengabdian masyarakat (pengmas) bertema penyakit lupus. Pengmas bertajuk SALLY (Shining A Light on Awareness and Lifelong Living with Lupus) berhasil meraih respons positif dari banyak sukarelawan.

Pengmas ini digagas oleh mahasiswa FK angkatan 23 Radhiyya Dyani Permatadewi sebagai upaya mengenalkan lupus dan bahayanya. Radhiyya mengatakan bahwa terdapat dua tahapan pada kegiatan ini. Yaitu kampanye secara daring melalui media sosial dan kegiatan luring yang terlaksana pada Minggu (13/10/24) di Kafe Yoikona 2.0, Genteng.

Gagasan pengmas ini berawal dari keikutsertaan Radhiyya menjadi finalis 12 besar Ambassador of Public Health AMSA-Indonesia. AMSA merupakan organisasi yang menaungi mahasiswa kedokteran seluruh Asia Pasifik. Sebagai finalis Ambassador of Public Health, Radhiyya harus melakukan kegiatan terkait sosialisasi penyakit tertentu. Dalam hal ini ia memilih untuk mengenalkan lupus sebagai topik yang ingin ia angkat.

Radhiyya mengatakan bahwa awal tercetusnya ide pengabdian masyarakat ini karena masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit lupus. Penyakit lupus merupakan salah satu penyakit autoimun yang menyerang banyak organ. Namun, karena kurangnya informasi terkait penyakit ini banyak masyarakat yang kurang sadar dengan gejalanya.

 Pelaksanaan pengabdian masyarakat penyakit lupus “SALLY” (Foto: Dok. Narasumber)
Pelaksanaan pengabdian masyarakat penyakit lupus “SALLY” (Foto: Dok. Narasumber)

“Rangkaian kegiatan kami yaitu ada kampanye secara daring melalui media sosial, melakukan siaran langsung instagram bersama dengan tenaga medis untuk mengenalkan penyakit lupus dan gejalanya. Selain itu kami melakukan siaran langsung dengan dokter muda pengidap lupus dan puncaknya yaitu kegiatan luring pada 13 oktober,” ungkapnya.

Dalam puncak acara secara luring tersebut peserta melakukan gerakan senam lupus yang memiliki manfaat dalam mengurangi gejala lupus. Selain itu, dalam acara ini berlangsung talkshow bersama dokter penyakit dalam untuk membedah lebih dalam terkait penyakit lupus dan pemeriksaan kesehatan secara gratis.

Radhiyya mengungkapkan proses penyusunan proposal untuk pengabdian masyarakat ini tergolong singkat yaitu selama tiga hari. Setelahnya akan diumumkan peserta yang masuk ke tahap 12 besar dan dapat melaksanakan kegiatan yang sudah disusun melalui proposal selama 2 minggu.

Selain persiapan yang cukup singkat, keterbatasan dana juga menjadi hambatan dalam kegiatan ini. Selain itu, dalam melaksanakan program ini memang cukup sulit untuk mendapatkan sukarelawan yang mau terjun dalam pengabdian masyarakat ini. Namun, setelah usaha promosi yang keras akhirnya mendapatkan animo pendaftar yang cukup tinggi.

Radhiyya mengatakan selain untuk meningkatkan kesadaran terhadap lupus, program ini harapannya dapat memberikan dukungan kepada pengidap lupus dan mensosialisasikan terkait dengan tindakan pencegahan dalam menangani gejala penyakit lupus. Secara spesifik penyebab penyakit tersebut masih belum diketahui. Namun, dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan gejalanya harapannya dapat menurunkan risiko penyakit ini semakin parah.

“Untuk teman-teman yang lainnya, saatnya kita untuk semakin paham tentang penyakit lupus. Jangan mengucilkan teman-teman yang mengidap lupus. Lupus bukanlah penyakit yang menular. Karena itu kita harus memberikan dukungan kita kepada pengidap lupus untuk dapat bersemangat dan terus berkarya,” tutupnya.

Penulis: Rifki Sunarsis Ari Adi

Editor: Yulia Rohmawati