UNAIR NEWS – Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-37 di Universitas Airlangga (UNAIR) memasuki hari ketiga pada Kamis (17/10/2024). Tidak hanya menjadi ajang kompetisi yang penuh dengan ambisi. Datangnya peserta dari berbagai penjuru Nusantara, menjadikan PIMNAS sebagai ajang pengenalan budaya daerah. Seperti tim dari Universitas Negeri Makassar (UNM) yang mengangkat penelitian dengan menggabungkan kearifan lokal Bugis dengan teori psikologi modern.
Tim tersebut terdiri dari As’ad Fathan, Nabila Nurul Inayah, Qanitah Zahirah, Nur Husna Rezeky, dan Alfin Elkindy Amsil. Mereka membawakan ide kreatif dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH). Penelitian tim tersebut berjudul Pappaseng Tellu Riala Sappo: Resiliensi Remaja Penyintas Bunuh Diri di Kota Daeng dalam Perspektif Teori Grotberg.
Tentang Pappaseng Tellu Riala Sappo
Tim Universitas Negeri Makassar mengangkat konsep pappaseng tellu riala sappo. Sebuah pepatah masyarakat Bugis. “Jadi, pappaseng artinya pesan, tellu itu tiga, riala itu diambil, sappo itu pagar. Artinya tiga pesan yang diambil dari suku Bugis Makassar untuk membendung perilaku individu,” kata Husna mewakili tim menjelaskan makna pepatah tersebut.
Pepatah ini menyampaikan pentingnya tauweridewat ae (rasa takut kepada Tuhan), siri ri watakkaleta (rasa malu kepada diri sendiri) dan siri’ri padattarupata (rasa malu kepada sesama manusia) sebagai tiga pilar utama dalam membangun ketahanan dan resiliensi seseorang.
Tim mereka mengaitkan nilai-nilai tersebut dengan teori psikologi tentang resiliensi dari Edith Grotberg. Teori Grotberg menekankan pentingnya dukungan sosial dan kemampuan untuk mendapatkan bantuan dari lingkungan sekitar. Melalui penelitian ini, mereka mencoba menunjukkan bahwa pepatah lokal dapat menjadi dasar bagi remaja yang menghadapi tekanan mental, termasuk penyintas bunuh diri.
“Kami berharap penelitian kami yang memadukan teori psikologi modern dengan budaya lokal, dapat memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan kesejahteraan mental remaja di Kota Daeng,” tambah Husna.
Pakai Atribut Suku Bugis
Keterikatan tim ini dengan budaya Bugis tidak hanya terlihat dalam isi penelitian mereka, tetapi juga dalam penampilan. Tim Universitas Negeri Makassar memperkenalkan budaya Bugis melalui pakaian dan atribut adat. “Ini saloko, bando khas dari suku Bugis, dan ini lipa sabeh, sarungnya,” terang As’ad menggantikan Husna.
PIMNAS sebagai ajang kompetisi nasional, tidak hanya membawa kebanggaan akan karya ilmiah yang mereka kerjakan, tetapi juga membawa identitas budaya. Hal ini menambah keunikan dan warna tersendiri di tengah keberagaman peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Dengan mengusung kearifan lokal, tim ingin menunjukkan bahwa mereka bangga akan warisan budaya Bugis. Sekaligus membawa semangat lokal ke dalam kompetisi nasional.
Penulis: Anggun Latifatunisa
Editor: Yulia Rohmawati