UNAIR NEWS – Ksatria Universitas Airlangga (UNAIR) tak henti-hentinya menorehkan prestasi membanggakan. Kali ini, dua mahasiswa Kedokteran Gigi UNAIR angkatan 2021, Rafaelle Raditya Supandji dan Prasherly Anura Dinda berhasil meraih 1st Winner Lomba Poster International Multidiciplinary Student Competition. Dalam kompetisi itu, mereka mengangkat solusi bullying khususnya di lingkungan pendidikan lewat sebuah karya desain poster.
Tim ini menggagas ide pentingnya peran seorang saksi yang potensial untuk membantu korban dalam memecahkan “cycle of bully” pada sebuah lingkungan. Kompetisi besutan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya Malang ini mengangkat tema utama “Innovative Strategies in Facing Global Healthcare Challenges Towards Achieving Sustainable Development Goals”.
Dalam lomba yang berlangsung Ahad (29/9/2024) itu, peserta dari berbagai bidang multidisiplin ilmu dan universitas turut berpartisipasi. “Oleh karena itu tim kami gabungan dari fakultas kedokteran gigi serta psikologi,” ujar Prasherly, dalam keterangannya pada Sabtu (19/10/2024).
Pada kompetisi ini, dua mahasiswa FKG UNAIR, Rafaelle dan Prasherly mengangkat subtema mental health issue. Mereka ingin membangun awareness dari kasus bullying yang menggemparkan dunia pendidikan, terutama fakultas kesehatan. Untuk diketahi, tim ini juga berkolaborasi dengan salah satu mahasiswa Psikologi Ubaya.
Break The Cycle
Kepada UNAIR NEWS, Prasherly mengatakan bahwa idenya bermula dari kerisauan terhadap kasus bullying pada dunia pendidikan. Untuk itu, ia dan tim mengangkat pentingnya peran seorang (saksi) dalam lingkungan bullying, selain pelaku maupun korban. Seseorang yang sekadar saksi tanpa memberi dukungan atau melapor insiden bullying adalah bystander.

Sejatinya, korban sangat butuh dorongan untuk bisa mengekspresikan dan berani dalam melawan insiden yang ada. Akan tetapi, korban nyatanya merasa tertekan dan tidak punya kekuatan untuk melakukan itu. Hal yang terus menerus timbul ini akan membentuk sebuah cycle. “Poster kami, mengajak para pembaca untuk menyadari bahwa i have a voice to break the cycle dengan VOICE,” paparnya.
Prasherly menjelaskan tagline VOICE adalah kepanjangan dari Voice the concern, Offer company, Intervene directly, Confront them, Engage on positive action. “Motivasi utama kami, tentu sebagai bentuk apresiasi terhadap tema kesehatan dan kaitannya dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Karena sejatinya dalam memecahkan masalah kesehatan global, perlu adanya kolaborasi oleh berbagai bidang ilmu,” imbuhnya.
Hadapi Tantangan
Pengalaman memenangkan ajang perlombaan pertama bagi tim ini ternyata membuahkan hasil. Namun, dalam perjalanannya tentu tak mudah. Selama perlombaan, Prasherly menceritakan ia dan tim harus menghadapi berbagai tantangan. Mulai dari tahap pembuatan poster hingga persiapan presentasi.
“Kami mengalami banyak trial-error-evaluation untuk menentukan desain akhir dan layout-nya. Selain itu, karena ini perlombaan international, kami harus presentasi fully in english dengan konsep presentasi kami yang berbeda. Yakni dengan konsep presentasi mini drama dan monolog dalam waktu 10 menit,” ungkap Prasherly.
Terakhir, Prasherly berharap dengan adanya poster ini dapat membangun kesadaran setiap orang akan adanya peran saksi dalam lingkaran bully maupun tindakan curang lainnya. ”Pesan utama kami yaitu don’t be a bystander. Bystander memiliki makna seseorang yang tahu insiden, namun hanya bungkam. Sehingga kasus bullying tersebut berulang dan menimbulkan siklus,” pungkasnya.
Penulis: Tsaqifa Farhana W
Editor: Yulia Rohmawati