UNAIR NEWS – Dunia perkuliahan tentunya tak luput dari berbagai tantangan kesehatan mental yang dihadapi oleh mahasiswa. Hal ini memicu keprihatinan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga (UNAIR) untuk menggelar Talkshow berjudul “Bentengi Diri dari Depresi”.
Talkshow tersebut menghadirkan pembicara Dosen Kesehatan Mental Fakultas Psikologi (FPSi) UNAIR Atika Dian Ariana MSC MPsi dan Alumni FH UNAIR Jennifer Moniq Sutanto SH. Acara ini terbuka untuk umum dan berlangsung pada Sabtu (19/10/2024) di Aula Pancasila Gedung A FH UNAIR.
Fenomena Mahasiswa Depresi
Dalam pemaparannya, Jennifer mengatakan bahwa secara kausalitas, terdapat berbagai faktor yang memicu kondisi depresi mahasiswa hingga mengakhiri hidupnya. “Dari beberapa sumber yang saya baca, terdapat empat faktor utama yang akan dihadapi mahasiswa ketika kuliah. Yaitu beban kuliah yang berat, peer pressure, social comparison, dan putus cinta,” ujar Jennifer.
Menurut Jennifer, faktor-faktor tersebut bisa dihadapi apabila mahasiswa mampu mengenali diri sendiri. Sehingga, mahasiswa bisa menetapkan batasan agar dapat menghadapi tantangan perkuliahan.
Gejala Depresi
Pemateri kedua, Atika Dian menerangkan bahwa depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan hilangnya minat pada aktivitas yang disukai. Selain itu, tanda gangguan kesehatan mental lainnya adalah perasaan sedih yang tidak kunjung hilang.
“Jika seseorang mengalami depresi secara klinis, setidaknya memiliki beberapa tanda sebagai gejala depresi seperti suasana hati yang luar biasa sedih tidak kunjung hilang, kehilangan minat pada aktivitas yang dulu menyenangkan, dan kekurangan energi serta kelelahan,” kata Atika.
Selain gejala depresi, Atika juga menjelaskan beberapa gejala yang berpotensi membuat seseorang berniat bunuh diri. “Kehilangan kepercayaan diri, harga diri buruk, dan merasa tidak berharga selalu erat kaitannya dengan kasus bunuh diri dan biasanya terjadi pada depresi yang parah,” ungkap Diana.
Selama ini, kata Atika, banyak orang yang menyalahartikan perasaan sedih dan seringkali melakukan diagnosis atas diri sendiri. “Ada perbedaan antara perasaan sedih sebagai gangguan depresi dan tidak semua sedih yang kita alami bisa dianggap depresi,” ujar Diana.
Menurutnya, depresi tidak bisa dianggap remeh dan harus diperhatikan jika terdapat pada diri seseorang. Menyoroti pentingnya memahami gejala depresi dan berbagai faktor yang dapat memicu gangguan tersebut, Atika berharap agar mahasiswa bisa lebih mengenal diri, menetapkan batasan, dan mencari bantuan profesional ketika dibutuhkan seperti Help Center UNAIR atau UPP FPsi. Kesadaran dan pemahaman mendalam tentang kesehatan mental sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan perkuliahan yang semakin kompleks.
Penulis: Yang Ramadia Nurya Syifa
Editor; Yulia Rohmawati