UNAIR NEWS – Guna meningkatkan kesadaran masyarakat, Dokter UNAIR TV kembali menghadirkan episode menarik dari segmen Dokter Edukasi. Pada episode terbarunya, kanal YouTube besutan FK UNAIR tersebut membahas seputar penyakit kulit psoriasis dengan tajuk “Waspada Psoriasis: Penyakit Autoimun pada Kulit” pada Jumat (1/11/2024). Episode kali ini diangkat dalam rangka memperingati Hari Psoriasis Sedunia.
Dalam rangka turut memperingati hari psoriasis dunia, episode kali ini mengundang Dr dr Sylvia Anggraeni Sp DVE SubSp Dai FINSDV. Dalam pemaparannya, dr Sylvia menjelaskan, psoriasis adalah penyakit kulit yang memiliki tanda dengan peradangan kronis akibat gangguan autoimun. Biasanya, psoriasis menunjukkan gejala berupa bercak merah bersisik pada kulit.Ā
āBanyak sekali memang asumsi yang berkembang di masyarakat seputar penyakit psoriasis. Namun, sebenarnya psoriasis itu bukan penyakit yang menular. Jadi, tidak perlu takut dan menjauhi penderita yang terdiagnosa,ā imbuhnya.
Deteksi Sejak Dini
Meskipun psoriasis umumnya terlihat pada kulit, dr Sylvia menyampaikan bahwa psoriasisĀ dapat menyerang organ lain apabila kondisinya sudah parah. Terutama sendi, yang beristilah psoriatic arthritis. Hal tersebut menunjukkan bahwa psoriasis merupakan penyakit yang dapat bersifat sistemik. āJadi, deteksi dini merupakan hal yang sangat penting. Dengan mengenali bercak kulit sejak awal, kita bisa mencegah perkembangannya. Penanganan dini itu sangat perlu,ā tuturnya.
Selanjutnya, dr Sylvia memaparkan gejala-gejala umum yang terlihat saat terkena penyakit kulit psoriasis. Ia mengatakan, psoriasis pada kulit umumnya memiliki gejala dengan munculnya bercak kemerahan pada kulit dengan sisik-sisik yang tegas.
āBiasanya ada pada bagian yang terkena trauma atau gesekan-gesekan. Dan hal ini juga bisa menyerang dan menyebar ke seluruh tubuh. Kemudian kalau yang menyerang organ lain terutama pada sendi. Biasanya memang memiliki tanda dengan keluhan nyeri sendi,ā ujarnya.
Mitos Seputar Psoriasis
Telah beredar di masyarakat bahwa sanitasi dan kebersihan diri yang buruk dapat menyebabkan psoriasis. Hal tersebut, kata dr Sylvia, hanya mitos belaka. āIni sebenarnya mitos. Kurangnya kebersihan tidak menyebabkan psoriasis. Namun, kebersihan yang buruk dapat menyebabkan infeksi pada kulit, yang dapat memicu kekambuhan psoriasis. Jadi, kebersihan tetap penting untuk mencegah infeksi yang bisa memperburuk kondisi,ā ungkapnya.
Selain itu, dr Sylvia juga menegaskan bahwa psoriasis hanya menyerang orang dewasa juga merupakan mitos. āPsoriasis juga bisa menyerang anak-anak. Walaupun kasusnya lebih jarang dibandingkan pada orang dewasa. Jadi, meskipun jarang, anak-anak tetap bisa terkena psoriasis,ā tegasnya.Ā
Penanganan dan Pengobatan
Lebih lanjut, dr Sylvia menyatakan bahwa tindakan pengobatan penyakit psoriasis tergantung berdasarkan tingkat keparahan penderita. Apabila masih dalam tingkat ringan, penderita dapat melakukan pengobatan secara topikal dengan mengoleskan krim pada kulit yang memiliki bercak. Lalu untuk kondisi penderita yang lebih berat bisa menjalankan pengobatan yang sistemik seperti obat minum, injeksi, dan fototerapi.
āIni penting, ya. Pengobatan psoriasis harus sesuai dengan resep dokter kulit. Setelah diagnosis yang tepat, terapi yang diberikan juga akan lebih akurat dan aman, mengurangi risiko efek samping,ā imbuhnya.
Selain itu, penderita juga dapat mempraktikan perawatan harian di rumah masing-masing. dr Sylvia menganjurkan pada penderita untuk selalu menjaga kelembaban kulit. Penderita dapat mengoleskan krim pelembab sebanyak dua sampai tiga kali sehari. Terutama setelah mandi untuk membantu menjaga fungsi sawar kulit yang terganggu akibat psoriasis.
āPelembab yang digunakan sebaiknya bebas pewangi dan iritan lainnya. Hindari juga mandi terlalu lama atau menggunakan air panas karena itu dapat mengeringkan kulit lebih lanjut. Untuk sabun, pilih yang cocok untuk kulit sensitif atau dengan kandungan pelembab yang tinggi, seperti sabun bayi,ā pungkasnya.
Penulis: Nadia Azahrah Putri
Editor: Yulia Rohmawati