Mari kita sejenak mengenyampingkan berita kemarin-kemarin tentang “kelamnya”
industri kesehatan nasional mulai soal mahalnya menjadi dokter spesialis, soal
perundungan dokter senior kepada juniornya di pendidikan spesialis, dugaan bisnis
Rumah Sakit, kekecewaan keluarga pasien terhadap tindakan medis yang dilakukan
dokter, distribusi dokter spesialis yang timpang dsb. Berita-berita seperti itu dapat
menyebabkan munculnya kesan seakan dunia industri kesehatan Indonesia itu jelek,
kalah dengan industri kesehatan di negara-negara lain terutama negara-negara jiran di
kawasan ASEAN. Berita seperti itu bukannya tidak penting, karena hal itu harus
menjadi intropeksi diri semua stakeholder yang terlibat di dunia kesehatan.
Padahal sebenarnya kenyataannya tidaklah seburuk itu, mengingat ada banyak Fakultas
Kedokteran di negeri ini memiliki reputasi yang bagus baik ditingkat nasional maupun
internasional. Kita memiliki banyak dokter yang ahli dibidangnya di berbagai kota besar
di Indonesia. Saya memiliki kesan positif – mungkin subjektif ketika saya dirawat di
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Airlangga Surabaya atas penyakit saya yang
termasuk “life-threatening disease” beberapa bulan, saya angkat topi dengan kepiawaian
dokter dan para perawat yang merawat saya karena profesionalisme mereka.
Almarhum sahabat saya alumni FE Unair seorang akuntan yang pernah di rawat di
Rumah Sakit terkenal di Malaysia menemukan bahwa direktur dan dokter-dokter yang
merawatnya ternyata lulusan Universitas Airlangga Surabaya.
Ada baiknya negara kita sekarang membuat program yang positif ketimbang membahas
tentang “keburukan” dunia kedokteran nasional; misalnya bagaimana Indonesia bisa
menjadi tujuan wisata medis dunia seperti yang dilakukan negara – negara lain
Malaysia, Singapura misalnya. Sementara Thailand dan India menjadi “jujugan” atau
destinasi pengobatan herbal dunia. Padahal nusantara ini terkenal dengan kekayaan
keragaman – hayati yang menjadi bahan utama herbal. Sejak zaman kerajaan-kerajaan
dulu pengobatan tradisional jamu sudah terkenal.
Negara bisa memobilisasi semua potensi insan industri kesehatan, farmasi di negeri ini.
Termasuk potensi kekayaan dan keindahan alam yang kalau itu digabungkan bisa
menjadi industri wisata medis yang bagus.
Coba kita lihat negeri jiran Malaysia yang berhasil menghimpun potensi industri wisata
dan kesehatannya dan menjadikan negeri ini destinasi wisata medis global. Malaysia
juga memiliki lembaga MHTC atau Medical Healthcare Travel Council; lembaga ini
merupakan inisiatif dari Kementrian Kesehatan Malaysia.
Media TTW – Travel and Tour World tanggal 28 Oktober 2024 menyebutkan bahwa
industri pariwisata medis Malaysia bangkit kembali setelah pandemi COVID-19, muncul
sebagai salah satu tujuan perawatan kesehatan teratas di dunia. Dikenal karena
perawatan medisnya yang terjangkau dan berkualitas tinggi, Malaysia memposisikan
dirinya sebagai pemimpin dalam pariwisata medis, dengan pasien dari seluruh dunia
yang mencari perawatan di fasilitas canggihnya. Industri ini, yang telah menghadapi
penurunan signifikan selama pandemi, kini mengalami pertumbuhan karena wisatawan
layanan kesehatan kembali dalam jumlah besar.
Kemampuan negara ini untuk menyediakan layanan kesehatan terbaik dengan harga
yang kompetitif telah menjadikannya pilihan populer bagi pasien dari berbagai wilayah
seperti Indonesia (jumlah pasien yang paling besar), India, China, Nepal, Iran, Libya,
Australia, Amerika Serikat, Myanmar, Bangladesh dan Inggris. Menurut Malaysia
Healthcare Travel Council (MHTC), Malaysia memanfaatkan reputasinya sebagai
negara dengan pelayanan kesehatan berkualitas untuk menarik pasien internasional,
dengan penekanan khusus pada perawatan khusus seperti kardiologi, ortopedi, bedah
kosmetik, dan perawatan kanker.
Data di tahun 2019 saja, menunjukkan Malaysia menghasilkan lebih dari RM 1.7 miliar
(sekitar $406 juta) dari wisata medis, dengan pasar utama termasuk Indonesia dan
Tiongkok. Negeri jiran ini memiliki pusat destinasi wisata medis yaitu Penang dan
Melaka yang menjadi tujuan utama wisatawan medis, terutama dari Indonesia, yang
menyumbang lebih dari 70% kedatangan layanan kesehatan di wilayah ini. Dengan
rumah sakit dan klinik kelas dunia, kota-kota ini menawarkan berbagai perawatan,
termasuk bedah rekonstruksi, bedah saraf, dan program kesehatan komprehensif.
Penang saat ini sedang bertransformasi menjadi kota global pusat wisata medis ,
menarik investasi signifikan untuk meningkatkan infrastruktur layanan kesehatannya.
Fokus negara bagian pada perawatan tingkat tinggi, seperti operasi robotik, ditambah
dengan harga yang terjangkau, telah menarik pasien dari seluruh Asia Tenggara dan
sekitarnya.
Media TTW itu menjelaskan beberapa faktor yang membuat Malaysia menarik sebagai
destinasi wisata medis antara lain: 1) Keterjangkauan: Malaysia menawarkan harga
perawatan kesehatan yang paling kompetitif di dunia, seringkali dengan harga yang
jauh lebih murah dibandingkan dengan AS atau Eropa. Pasien mendapatkan manfaat
dari prosedur berbiaya rendah tanpa mengurangi kualitas. 2) Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjut: Malaysia adalah rumah bagi rumah sakit terakreditasi internasional
yang dilengkapi dengan teknologi medis mutakhir dan tenaga profesional yang sangat
terlatih. Sistem perawatan kesehatan negara ini telah dipuji karena pendekatannya yang
berpusat pada pasien, menawarkan pengalaman yang lancar dan bebas stres bagi
pengunjung internasional. 3) Menawarkan berbagai Macam Perawatan: Dari
operasi kosmetik dan prosedur gigi hingga perawatan kompleks seperti bedah saraf dan
onkologi, Malaysia melayani berbagai macam kebutuhan medis. Fokus kuat negara ini
pada perawatan pencegahan dan kesehatan juga telah memposisikannya sebagai tujuan
utama bagi wisatawan yang peduli kesehatan. 4) Layanan Kesehatan Multibahasa:
Bahasa Inggris digunakan secara luas di seluruh sektor perawatan kesehatan, sehingga
memudahkan komunikasi bagi pasien internasional. Selain itu, penyedia layanan
kesehatan seringkali memiliki staff multibahasa untuk melayani pasien dari berbagai
belahan dunia.
Indonesia sebenarnya memiliki potensi wisata alam yang indah seperti gunung, danau,
area persawahan atau perkebunan dsb bisa digabungkan dengan potensi dunia
kesehatan sehingga menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata medis yang
menawarkan berbagai kelebihan yang berbeda dari negeri jiran. Kita ingat penjajah
Belanda dulu sudah memiliki visi menggabungkan keindahan alam dengan dunia
kesehatan salah satunya dengan mendirikan Rumah Sakit Paru Batu Jawa Timur pada
tahun 1912.
Saya yakin Indonesia bisa.