Universitas Airlangga Official Website

Gandeng BPK, FIB UNAIR Edukasi Mahasiswa terkait Sejarah Majapahit

Pembicara memaparkan materi selama seminar
Kolaborasi BPK Wilayah XI dan FIB UNAIR Gelar Seminar Wilwatikta Acarita (Foto: Ersa)

UNAIR NEWSBadan Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar acara seminar bertajuk Wilwatikta Acarita. Kegiatan berlangsung selama tiga hari berturut-turut pada Senin (02/12/2024) hingga Rabu (04/12/2024). Kegiatan ini mengundang beberapa pemateri dengan berbagai latar belakang. Melalui berbagai pemateri tersebut, para peserta seminar akan mempelajari sejarah Majapahit dari berbagai perspektif. Acara ini membahas Kerajaan Majapahit lewat perspektif ilmu sejarah, arkeologi, sastra hingga ilmu kedokteran forensik dan geologi.

Pada sesi pertama dan kedua, pemateri menyampaikan materi terkait mengenal Majapahit lewat perspektif ilmu alam. Pemateri pertama, Eko Yulianto menjelaskan terkait situs Kumitir-Klinterejo di masa klasik. Ia juga menyampaikan terkait situs-situs yang berada di Majapahit melalui ilmu geologi dan dinamika alam di Trowulan. 

“Di sini saya melakukan dua ekskavasi (penggalian, red), yaitu pada situs kumitir dan klinterejo. Terdapat dinamika alam peradaban dan budaya yang mana dipengaruhi oleh gaya endogen dan eksogen sehingga menjadi pemicu berkembangnya peradaban manusia. Muncul gaya dengan melakukan adaptasi ini memicu berkembangnya suatu teknologi,” jelasnya.

Kemudian pemateri kedua Rusyad Adi Suriyanto menjelaskan terkait populasi Majapahit lewat prespektif osteologis. Sumber data yang ia gunakan adalah arsip, prasasti, arca, dan sisa-sisa biologis manusia. “Pada kali ini saya menyampaikan informasi tentang kehidupan masyarakat di Majapahit lewat sisa biologis, yaitu tulang, gigi, dan DNA. Kemudian dari data ekskavasi terbagi menjadi artefak, ipsefak, dan ekofak. Banyak penemuan dan hasilnya didapat dari candi Kedaton, Pandean dan Lasem. Rata-rata bukti sisa biologis hasil ekskavasi berusia remaja dan usia tertua sekitar 40 tahun,” ungkapnya.

Lewat kegiatan seminar ini harapannya mahasiswa mampu belajar akan sejarah Majapahit lewat berbagai perspektif ilmu. Dengan begitu, mahasiswa dapat semakin peduli dan ikut berpartisipasi pada kegiatan pelestarian budaya bersama.

Penulis: Ersa Awwalul Hidayah

Editor: Edwin Fatahuddin