UNAIR NEWS – Peneliti Universitas Airlangga (UNAIR) menjadi salah satu pemateri dalam konferensi internasional yang diselenggarakan oleh V.M. Gorbatov Federal Research Center for Food Systems Russian Academy of Sciences, Moscow, Rusia. XXIV International Scientific and Practical Conference yang mengangkat terkait sistem makanan yang berkelanjutan ini berlangsung selama dua hari pada Rabu-Kamis (4-5/12/2024).
Dr Arif Nur Muhammad Ansori SSi MSi, Peneliti Sekolah Pascasarjana UNAIR menjelaskan bahwa integrasi bioteknologi dan bioinformasi dapat membuat jamu dari indonesia menjadi solusi untuk kesehatan yang efektif dan berkelanjutan. Apalagi jamu telah terbukti manfaatnya secara empiris sejak lama. ”Oleh karena itu, penggunaan bioteknologi dan bioinformatika membuka peluang baru untuk meningkatkan kualitas, keamanan, dan efektivitas jamu,” terangnya.
Melalui XXIV International Scientific and Practical Conference ini. Dr Arif juga ingin memperkenalkan jamu ke pasar global. Ia ingin dunia mengenal jamu tidak sebagai minuman saja, namun juga sebagai solusi kesehatan dan telah terbukti secara ilmiah. ”Selain itu, kita juga dapat memperkenalkan jamu ke pasar global dengan pendekatan yang kuat terkait bukti ilmiah,” jelasnya.
Teknologi Rekayasa Genetika dan Kultur Sel
Dr Arif menuturkan bahwa dengan bioteknologi, khususnya dalam hal ekstraksi bahan aktif dan produksi biofarmasi, maka memperoleh senyawa-senyawa dari tumbuhan jamu akan lebih mudah dan lebih efisien. “Teknologi rekayasa genetika dan kultur sel dapat kita pergunakan untuk meningkatkan jumlah bahan aktif yang terkandung dalam tanaman obat, sehingga meningkatkan kualitas produk jamu,” ungkapnya.
Sementara itu, Arif berpendapat bahwa bioinformatika berperan penting dalam menganalisis data molekuler yang menjadi hasil dari penelitian bioteknologi. Dengan memanfaatkan alat-alat analisis data besar, bioinformatika memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi target molekuler dari senyawa aktif dalam jamu. ”Hal ini tidak hanya meningkatkan pemahaman kita tentang cara kerja jamu dalam tubuh manusia, tetapi juga membantu dalam desain obat yang lebih presisi dan personalisasi,” lanjutnya.
Tantangan Dalam Pengembangan
Dr Arif berpendapat bahwa penelitian terkait bioteknologi dan bioinformasi pada jamu akan dapat diterima secara global oleh pengobatan modern. Namun, dalam mewujudkan hal ini masih banyak tantangnya yang menjadi halangan. Tantangan tersebut adalah standardisasi produk jamu, jaminan kualitas, dan regulasi yang ketat di pasar global.
“Oleh karena itu, penting untuk membangun kerangka kerja yang kuat yang melibatkan pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat. Untuk memastikan bahwa penelitian dan pengembangan jamu berjalan dengan lancar dan menghasilkan produk yang aman, efektif, dan dapat diterima secara internasional,” tutupnya.
Penulis : Ahmad Hanif Musthafa
Editor : Edwin Fatahuddin