UNAIR NEWS – Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam (UKMKI) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar lokakarya bertajuk Upgrading Gen Z Community sebagai Pilar Revitalisasi Masjid. Lokakarya ini merupakan bagian dari kegiatan Ramadan Mubarak Airlangga (RMA).
Kegiatan tersebut berlangsung di Ruang 308, Lantai 3, Gedung Kuliah Bersama (GKB), Kampus MERR-C UNAIR pada Sabtu (8/3/2025). Hadir sebagai narasumber, Ustaz Maulana Malik Ibrahim, pendiri Masjid Pemuda Indonesia, serta Ustaz Dwiki Santoso, Imam Masjid Better Youth.
Masjid sebagai Pusat Aktivitas Sosial
Ustaz Maulana Malik Ibrahim dalam pemaparannya membagikan pengalamannya dalam mengelola berbagai masjid. Menurutnya, salah satu tantangan utama dalam revitalisasi masjid adalah aksesibilitas dan peran sosial masjid di masyarakat.
“Seharusnya masjid bisa dibuka 24 jam, menyediakan makan gratis, bahkan tempat tinggal bagi mereka yang membutuhkan. Jika ingin masjid bergerak maksimal, konsepnya harus berjamaah di dalam dan di luar masjid,” tegasnya.
Dalam sesi gelar wicara, Ustaz Dwiki Santoso mengungkapkan bahwa selama bertahun-tahun masjid sering kali hanya masyarakat pandang sebagai tempat ibadah semata. Padahal, dalam sejarah Islam, masjid adalah pusat aktivitas masyarakat yang membangkitkan kondisi sosial.
Masjid, menurutnya, harus menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengembangkan potensi mereka. “Pemuda butuh ruang untuk menyalurkan bakat mereka. Masjid harus bisa menjadi wadah bagi mereka untuk berkembang, baik dalam keilmuan, keterampilan, maupun kepemimpinan,” imbuhnya.
Revitalisasi Masjid
Ustaz Dwiki menekankan bahwa ada dua faktor utama dalam memajukan masjid. Pertama adalah baitul mal atau sistem pengelolaan keuangan berbasis keumatan. Kedua adalah sumber daya manusia (SDM) yang memiliki semangat untuk mengajak orang beribadah di dalam masjid.
“Jika kedua faktor ini terbentuk, maka kita bisa menciptakan pengasuhan yang baik, membangun masjid yang melayani umat, memperbaiki pola pikir masyarakat, serta menyesuaikan konsep masjid dengan perkembangan zaman,” jelasnya.
Sementara itu, Ustaz Maulana menegaskan bahwa masjid harus memiliki sistem ekonomi yang kokoh agar dapat berdaya guna bagi umat. Pendekatan ekonomi berbasis masjid seharusnya tidak berbentuk koperasi, tetapi baitul mal. “Banyak masjid dengan program luar biasa, tetapi tidak berjalan maksimal. Hari ini, kita tidak lagi menghadapi krisis bangunan atau krisis keuangan, tetapi krisis pengasuhan,” tegasnya.
Ustaz Maulana juga menambahkan bahwa tidak semua orang harus menjadi pengurus masjid, tetapi semua orang harus peduli terhadap keberlangsungan masjid. “Jangan sampai abai terhadap masjid. Jika tidak bisa menjadi pengurus, dukunglah dengan doa, dana, atau bantuan lainnya. Ketika kita mengurus masjid, yang kita besarkan adalah nama Allah, bukan nama pribadi atau kelompok,” pungkasnya.
Penulis: Fania Tiara Berliana Marsyanda
Editor: Edwin Fatahuddin Ariyadi Putra