UNAIR NEWS – American Corner (AMCOR) Universitas Airlangga (UNAIR) sukses menggelar acara Culinary Workshop & Cultural Insights on Ramadan in the US pada Jumat (7/3/2025). Acara ini berlangsung secara hybrid dengan dua narasumber yang berbagi cerita tentang pengalaman mereka selama bulan Ramadan. Tak hanya sharing session, pada acara kali ini, AMCOR juga mengadakan workshop (lokakarya) pembuatan takjil ala Negeri Paman Sam.
Imamatul Khair, salah satu narasumber lokakarya merupakan alumnus Fakultas Ilmu Budaya UNAIR. Ima, sapaan akrabnya, berhasil mendapatkan beasiswa Fulbright dalam menempuh studi S2 di University of Massachusetts Amherst. Ima mengikuti acara ini secara daring melalui Zoom dari Amerika Serikat (AS). Sementara itu, bertempat di AMCOR UNAIR, hadir narasumber lainnya, yaitu Phill, seorang pengajar bahasa Inggris asal AS.
Tantangan Puasa di Negeri Paman Sam
Ima membuka acara dengan menceritakan pengalamannya berpuasa di AS. Ia mengungkapkan bahwa berpuasa di sana memiliki tantangan tersendiri. Mulai dari mengatur waktu untuk kuliah hingga memilih makanan. Meski demikian, Ima menegaskan bahwa Ramadan di AS menjadi momen untuk berbagi budaya dengan Muslim dari berbagai negara.
“Ramadan di AS adalah tentang koneksi multikultural. Kita tidak perlu malu, sebaliknya kita harus membangun jaringan dengan Muslim dari berbagai negara untuk merayakan Ramadan bersama,” ujar Ima.

Selain itu, Ima membagikan tips manajemen waktu selama berpuasa, seperti mengikuti kegiatan yang ditawarkan dan bermanfaat untuk mengisi waktu. Ia juga menyarankan mahasiswa Muslim untuk memilih tempat makan yang tepat, seperti dining hall kampus yang menyediakan berbagai pilihan, termasuk makanan halal, sehingga lebih praktis dan aksesnya mudah. “University of Massachusetts memiliki kantin berkualitas yang menyediakan berbagai jenis makanan, termasuk makanan halal,” ucap Ima.
Budaya Puasa di Indonesia
Sementara itu, Mr. Phill memberikan pandangannya mengenai budaya puasa selama Ramadan di Indonesia. Sebagai orang Amerika yang baru menetap di Surabaya sejak September lalu, ia mengungkapkan bahwa salah satu hal yang Phill perhatikan selama bulan puasa adalah bagaimana berbagai aspek berubah untuk menyesuaikan puasa.”Semua orang menyesuaikan diri. Keseluruhan jadwal kelas berubah, latihan di gym menjadi kurang intens. Tapi hal tersebut wajar, karena mereka tidak bisa minum air,” ungkap Phill.
Selain itu, Phill juga terkesan dengan budaya takjil di Indonesia, di mana masyarakat memasak dan menjual makanan khas untuk berbuka puasa. Baginya, tradisi ini menciptakan suasana kebersamaan yang unik dan menarik selama Ramadan.
Setelah menyelesaikan sharing session, panitia melanjutkan acara dengan lokakarya memasak. Para peserta belajar membuat takjil berupa sandwich selai kacang dan stroberi, salah satu makanan khas AS. Tak hanya itu, mereka juga mengikuti lokakarya pembuatan milkshake kurma, yaitu minuman khas AS yang dipadukan dengan buah yang identik dengan bulan puasa.
Acara ini bertujuan memberikan wawasan mengenai bagaimana menjalankan Ramadan di berbagai belahan dunia, terutama di Amerika Serikat, serta memperkenalkan kebudayaan kuliner khas AS dalam suasana berbuka puasa. Harapannya, melalui acara ini, peserta dapat lebih memahami perbedaan budaya dan tetap menjalin keberagaman dalam suasana Ramadan.
Penulis: Rosa Maharani
Editor: Yulia Rohmawati