UNAIR NEWS – Dugaan kasus megakorupsi PT Pertamina baru-baru ini menjadi isu besar yang tengah menjadi perbincangan. Imbasnya, kepercayaan publik terhadap salah satu perusahaan ‘plat merah’ ini semakin menurun. Tak dapat dimungkiri, turunnya kepercayaan publik ini terjadi karena rasa kecewa yang begitu tinggi.
Dosen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR), Dina Septiani BComm MComn PhD turut memberikan tanggapan. Menurutnya, kasus dugaan korupsi ini sangat memengaruhi persepsi publik terhadap Pertamina.
“Pertamina adalah perusahaan plat merah yang menarik perhatian publik. Lazimnya sebagai BUMN yang cukup memiliki performa yang baik, sudah melakukan pemetaan isu dari awal, di tengah-tengah isu ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah,” jelasnya.
Komunikasi dan Strategi
Bagi Dina, penerapan manajemen krisis oleh Pertamina sudah sesuai dengan penanganan krisis yang dikemukakan oleh tokoh public relation, Burnett. Ia mengungkapkan bahwa ada empat model penanganan yang biasa perusahaan besar terapkan seperti Pertamina.

Model tersebut yang pertama adalah prinsip hubungan. Dalam hal ini organisasi harus menjaga hubungan baik dengan stakeholder. Kedua, accountability principle, di mana organisasi bertanggung jawab atas sebuah krisis yang mungkin sebenarnya tidak benar-benar melakukan kesalahan.
“Ketiga, disclosure principle yaitu ketika krisis terjadi, Pertamina telah menjabarkan yang perlu masyarakat ketahui tentang krisis tersebut. Terakhir symmetrical communication principle, di sini perusahaan harus mempertimbangkan ketertarikan publik dan Pertamina tidak pernah mengabaikan kepentingan publik,” imbuhnya.
Lebih lanjut, menurutnya, perusahaan tersebut juga telah melakukan tahapan yang semestinya untuk penanganan krisis ini. “Praktisi public relation-nya telah menjadi advokat, dalam hal ini dan menjelaskan kepada masyarakat. Mereka juga menjadi accomodator of trust terhadap publik. Kita melihat communication officers-nya menjelaskan perkara yang terjadi,” ungkapnya.
Titik Balik
Dina juga menerangkan bahwa Pertamina masih memungkinkan untuk bisa lebih baik lagi dalam menanggulangi krisis ini dan dapat memulihkan reputasinya. Dalam hal ini untuk memulihkan kepercayaan publik melalui secondary response strategy.
“Bagian public relation bisa membuat kampanye untuk mengingatkan masyarakat tentang hal-hal yang sekiranya selama ini kita percayai terkait Pertamina. Misalnya Pertamina sebagai BUMN membawa nama bangsa dan kita bisa mengingatkan kembali semangat kebangsaan,” lanjutnya.
Kemudian, ia menyampaikan bahwa keterpurukan dan krisis Pertamina saat ini bisa menjadi titik balik positif. Menurutnya, krisis ini masih bisa diperbaiki dengan mengubah persepsi masyarakat. “Kita bisa mengubah atribusi dari krisis itu, melihat bahwa ini bukan hal yang buruk. Kita bisa mengubah persepsi masyarakat dengan melihat kesalahan itu adalah sebuah kesempatan untuk memperbaiki diri,” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa mengubah pola pikir bisa menjadi fokus untuk memperbaiki citra Pertamina. Salah satunya dengan memperkuat strategi public relation dan mengurangi efek negatif dari krisis tersebut.
Penulis: Mohammad Adif Albarado
Editor: Yulia Rohmawati