UNAIR NEWS – Selama beberapa tahun terakhir, UMKM kerap dianggap sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia. Namun, anggapan tersebut mulai dipertanyakan, terutama dalam hal kemampuan UMKM menciptakan lapangan kerja layak serta kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Pada acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2025, ekonom senior Raden Pardede mengungkapkan bahwa UMKM tidak dapat sepenuhnya berperan sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan UMKM dalam menyediakan upah yang layak bagi pekerjanya. Oleh karena itu, ia menilai pentingnya memperkuat peran perusahaan besar untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja berkualitas.
Pakar Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) Prof Dr Sri Herianingrum SE MSi, turut menyampaikan pandangan serupa. Ia menjelaskan bahwa meskipun UMKM berkontribusi besar dalam jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja, pada kenyataannya, masih banyak UMKM yang mengalami kesulitan dalam memberikan upah sesuai standar minimum.
“UMKM memang memiliki kontribusi besar dalam hal jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja. Namun, pada kenyataannya, banyak UMKM kesulitan memberikan upah yang sesuai dengan standar minimum,” ungkapnya.

Keterbatasan Upah Layak
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh UMKM adalah margin keuntungan yang kecil, sehingga sulit bagi mereka untuk memberikan gaji layak kepada karyawannya. Hal ini menjadi sorotan utama dalam diskusi ekonomi terkini, terutama ketika banyak pekerja UMKM masih menerima upah di bawah standar.
Pakar ekonomi itu menjelaskan bahwa meskipun UMKM mampu bertahan dalam masa krisis ekonomi, mereka tetap menghadapi kesulitan dalam memenuhi standar kesejahteraan pekerja. Situasi itu menunjukkan bahwa sektor UMKM tidak dapat diandalkan sepenuhnya sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.
“Jika kita ingin mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas, kita perlu mengembangkan perusahaan besar dan menengah yang mampu memberikan upah layak dan fasilitas kerja yang memadai,” ujarnya.
Peran Digitalisasi dalam Menguatkan UMKM
Prof Ria menambahkan bahwa ketahanan UMKM, terutama dalam sektor tekstil dan fashion, sebagian besar didukung oleh bahan baku yang berasal dari dalam negeri. Namun, digitalisasi tetap menjadi faktor krusial agar UMKM dapat bertahan dan berkembang. Ia juga menyoroti bahwa masih banyak wilayah atau daerah UMKM yang menghadapi kesulitan dalam melakukan digitalisasi karena belum terjangkau oleh infrastruktur internet.
“Literasi digital perlu menjadi prioritas. Tanpa pemahaman yang cukup, pelaku UMKM akan kesulitan memaksimalkan teknologi dalam bisnisnya. Selain itu, akses terhadap internet yang belum merata di berbagai daerah juga menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi,” pungkasnya.
Penulis: Rosali Elvira Nurdiansyarani
Editor: Khefti Al Mawalia