n

Universitas Airlangga Official Website

Selama Agustus, Dua Mahasiswa UNAIR Menjadi ’Cikgu’ Anak TKI di Malaysia

cikgu TKI
DUA mahasiswa Universitas Airlangga; Muhammad Kholil dan Riska Maulani yang mengabdikan diri sebagai cikgu dan mengajar anak TKI di Malaysia selama hampir satu bulan, pada Agustus 2018 ini. Anak-anak TKI di Malaysia juga masih menjadi WNI, dan berhak mendapat pendidikan yang terbaik, tekadnya.

UNAIR NEWS – Muhammad Kholil dan Riska Maulani, mahasiswa S1 Fisika Fakultas Sains dan Tekhnologi Universitas Airlangga berhasil terpilih menjadi cikgu (guru, bahasa Malaysia) yang akan mengajar di Malaysia selama hampir satu bulan. Mereka berhasil mengalahkan ribuan calon cikgu dari seluruh kampus di Indonesia.

Menurut Riska Maulani kepada unair.news, kegiatan pemilihan ini diselenggarakan oleh Volunteerism Teaching Indonesian Children  (VTIC), bekerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Malaysia dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia Kuching.

Proses seleksi berjalan ketat dan bertahap. Dimulai dari pengiriman berkas mahasiswa, video kegiatan belajar-mengajar microteaching, lalu wawancara. Serangkaian seleksi tersebut sudah dimulai sejak November 2017 hingga Januari 2018.

Berita bahagia akhirnya datang pada awal Februari, yakni dua mahasiswa UNAIR lolos dan akan menjadi cikgu di Malaysia pada 6-27 Agustus 2018. Serangkain kegiatan Volunteerism Teaching Indonesian Children ini berupa kegiatan belajar mengajar anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di pedalaman Malaysia.

”Istimewanya, nanti akan diadakan upacara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-73 pada 17 Agustus 2018 dan juga peringatan Idul Adha. Jadi peserta akan dibagi beberapa daerah, seperti di Bintulu, Miri, Simunjan, dan Mukah. Setiap daerah itu terdapat beberapa tempat yang akan disiisi dua sampai tiga cikgu,” katanya.

Biasanya, tambah Teh Ineu, salah satu pendiri VTIC peserta akan merasakan haru luar biasa tatkala melakukan upacara HUT Kemerdekaan negeri tercinta kita ini karena dilaksanakan di negeri tetangga, katanya saat pertemuan dengan peserta belum lama ini.

Dikisahkan Riska, ia mendaftar bulan November 2017 saat mulai dibuka. Kemudian dilakukan seleksi berkas. Kegiatan ini menarik perhatian mahasiswa, buktinya ribuan mahasiswa Indonesia mendaftar, dan hanya sekitar 400 yang dinyatakan lolos dan masuk seleksi berikutnya, yakni pembuatan video kegiatan belajar mengajar microteaching.

Kemudian peserta yang lolos membuat video mengajar di sekolah, TPQ, atau panti asuhan. Durasinya minimal 15 menit dengan syarat harus diunggah peserta di youtube, dan dilakukan editing menjadi satu menit untuk di unggah di instagram. Dengan segala kreativitasnya yang terbaik, hingga tinggal 200 peserta berhasil lolos ke tahap wawancara.

”Jadi tahap wawancara merupakan seleksi akhir untuk menyeleksi hingga hanya 46 peserta saja yang berhasil lolos dan menjadi cikgu di Malaysia,” tambah Riska.

Sedikit dari mahasiswa Indonesia yang berhasil terpilih untuk pergi ke Malaysia itu adalah dua mahasiswa Universitas Airlangga tersebut.

”Bagi saya, sulit untuk tidak ikut berkontribusi saat panggilan berbuat baik telah terdengar oleh telinga saya. Saya siap belajar, mengajar, mengabdi dan berkontribusi untuk sesama,” tutur Riska, mahasiswa program Fisika Medis FST UNAIR menyampaikan alasannya mengikuti seleksi menjadi cikgu di Malaysia.

”Kalau bagi saya, saat ini sudah semester akhir dan sebentar lagi lulus dari Universitas Airlangga. Jadi saya ingin mengamalkan ilmu yang sedikit ini untuk orang lain sebelum lulus. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain,” tambah Muhammad Kholil, yang juga menjadi cikgu ke Malaysia mengajar anak-anak TKI. (*)

Editor : Bambang Bes