Universitas Airlangga Official Website

Rektor Sebut Pelantikan Enam Guru Besar Farmasi Jadi Kontribusi bagi Kesehatan Dunia

Rektor Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Mohammad Nasih MT Ak CA saat mengukuhkan enam guru besar, Kamis (15/5/2025) (Foto: PKIP UNAIR)
Rektor Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Mohammad Nasih MT Ak CA saat mengukuhkan enam guru besar, Kamis (15/5/2025) (Foto: PKIP UNAIR)

UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Mohammad Nasih MT Ak CA kembali mengukuhkan enam guru besar baru pada pekan ketiga Mei 2025. “Hingga 2025 ini, sudah ada lebih dari 40 guru besar yang dikukuhkan,” ungkap Rektor UNAIR. Keenam guru besar yang dikukuhkan pada Kamis (15/5/2025) ini berasal dari Fakultas Farmasi (FF). Pengukuhan guru besar itu bertempat di Aula Garuda Mukti, Gedung Kantor Manajemen Kampus MERR-C UNAIR. 

Keenam profesor tersebut adalah Prof Dr apt Nuzul Wahyuning Diyah Dra MSi, Prof Dr apt Yulistiani Dra MSi, Prof Dr apt Dewi Isadiartuti Dra MSi, Prof apt Tutik Sri Wahyuni SSi MSi PhD, Prof apt Marcellino Rudyanto Drs MSi PhD, dan Prof apt Hadi Poerwono Drs PhD. 

Kontribusi UNAIR pada Dunia Kesehatan

Prof Nasih dalam sambutannya menegaskan bahwa dengan dikukuhkannya enam guru besar baru ini memberikan kontribusi pada dunia kesehatan di Indonesia. “Guru besar kami memberikan pendapat yang luar biasa. Yang menunjukkan bahwa UNAIR hadir melalui guru besarnya untuk menjadi kampus yang berdampak melalui berbagai macam ide dan pemikirannya. Yang kemudian berlanjut pada proses aktualnya, aksi nyatanya,” katanya.

Enam guru besar bidang farmasi yang dikukuhkan pada Kamis (15/5/2025) (Foto: PKIP UNAIR)
Enam guru besar bidang farmasi yang dikukuhkan pada Kamis (15/5/2025) (Foto: PKIP UNAIR)

Prof Nasih menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi akan sumber daya alam yang besar. Namun sayangnya, di kehidupan nyata, biaya kesehatan di Indonesia, termasuk biaya obat-obatan masih lebih mahal daripada Malaysia.

“Dari segi penyediaan obat, kita bisa lihat bahwa Malaysia yang kekayaan alamnya tidak sebanyak Indonesia masih mampu melakukan proses yang jauh lebih efisien. Selain itu, dalam kesehatan, kita masih punya banyak permasalahan pelik yang menyebabkan biaya BPJS di Indonesia jebol,” paparnya.

Kemandirian Obat

Menurutnya, teridentifikasi adanya beberapa hal yang menjadi mahalnya obat-obatan. Salah satunya bahwa kemandirian obat di Indonesia yang masih sangat kecil. Lebih dari 90 persen obat-obatan di Indonesia masih mengandalkan bahan baku dari luar negeri. “Hal ini menyebabkan rantai nilai yang panjang dan menyebabkan kemahalan harga yang seharusnya tidak terjadi,” paparnya.

Oleh sebab itu, pelantikan guru besar pada hari ini dan dan hasil riset yang dipaparkan dapat memberikan berbagai pandangan mengenai kemandirian obat, ketahanan, dan segala aspek kesehatan yang lebih efisien. “Kita tahu bahwa proses penyediaan obat di Indonesia masih harus melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu, proses efisiensinya masih harus didorong,” tegasnya

Penulis: Febriana Putri Nur Aziizah

Editor: Yulia Rohmawati