UNAIR NEWS – Seiring dengan pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), berbagai profesi mulai menghadapi tantangan disrupsi, tidak terkecuali para psikolog. Data terbaru menunjukkan bahwa 58% responden dari Indonesia kini mempertimbangkan AI sebagai pengganti psikolog mereka.
Fenomena ini muncul karena beberapa faktor pendorong. Biaya konsultasi psikolog yang relatif mahal menjadi alasan utama masyarakat beralih ke AI. Selain itu, AI dianggap lebih menjaga privasi pengguna. Banyak orang juga memanfaatkan AI untuk mencari informasi tentang istilah atau gejala kesehatan mental secara cepat dan mudah.
Prof. Dr. Nurul Hartini S.Psi., M.Kes., Psikolog, Guru Besar Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Universitas Airlangga (UNAIR) menekankan bahwa meski AI membawa berbagai kemudahan, namun tetap memiliki keterbatasan mendasar. “Pada dasarnya AI hanya sebuah mesin, sementara penanganan oleh psikolog membutuhkan pendekatan secara emosional,” jelas Prof. Nurul. Beliau menambahkan, “Sangat mungkin kemudian jawaban-jawabannya (dari AI) itu tidak memahami benar situasi dan kondisi orang yang dihadapi.” Oleh karena itu, tahap intervensi dalam kesehatan mental tetap harus dilakukan oleh manusia.
Kapan Perlu Konsultasi dengan Psikolog?
Prof. Nurul menyebutkan beberapa tanda seseorang perlu intervensi langsung dari psikolog profesional:
- Mengalami distress, di mana seseorang merasa tidak dapat berpikir jernih dan emosi tidak stabil
- Melakukan penyelesaian masalah yang tidak produktif atau menyimpang, seperti menyakiti diri sendiri, melukai orang lain, hingga menjauhi norma masyarakat
Prospek Masa Depan
Meskipun peran AI dalam psikologi tidak dapat terhindarkan, Prof. Nurul menekankan pentingnya pemanfaatan AI secara bijak untuk memaksimalkan pelayanan psikolog, bukan menggantikannya sepenuhnya. “Profesional yang memang bidangnya kesehatan, baik itu kesehatan fisik, psikologis, sosial yang memang ada transfer knowledge, emosi, psikomotor, itu yang akan sangat sulit tergantikan oleh AI,” pungkasnya. Para ahli kesehatan mental melihat masa depan psikologi bukan sebagai kompetisi dengan AI, melainkan kolaborasi yang dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan mental secara keseluruhan.
Baca Juga:
Infografik lainnya
AI, Psikolog, dan Masa Depan Keduanya