Universitas Airlangga Official Website

Tangani Stunting, FKM UNAIR Jalin Kerjasama dengan Pemkab Probolinggo

PENANDATANGAN Kerjasana antara Prof. Ir. Moch Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D Wakil Rektor 3 UNAIR dan Kepala Bupati Probolinggo Hj. Puput Tantriana Sari, SE di Pendopo Kabupaten Probolinggo pada Selasa (16/07). (Foto : Khefti Al Mawalia)

UNAIR NEWS – Persentase kasus stunting atau gizi buruk di Kabupaten Probolinggo tergolong masih tinggi. Angka stunting di kabupaten ini masih mencapai 39,9 persen dari 49,6 persen balita di Probolinggo. Kendati demikian, angka ini sudah mengalami penurunan sekitar 9,5 persen dari kurun waktu 2013 hingga 2019.

Menyikapi persoalan tersebut, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Probolinggo menangani persoalan stunting dengan mengawal penyusunan program khusus stunting yang diberi nama Laduni (layanan terpadu pranikah). Kerjasama MOU itu ditandatangani langsung oleh Wakil Rektor 3 UNAIR yaitu Prof. Ir. Moch Amin Alamsjah, M.Si., Ph.D dan Kepala Bupati Hj. Puput Tantriana Sari, SE.

Dr. Sri Sumarmi, S.K.M., M.Si selaku Ketua Pendamping dari UNAIR mengungkapkan bahwa pecegahan dan penanggulangan stunting itu akan terus digalakkan yaitu dengan melakukan pendampingan, pelatihan, serta monitoring dari tingkat kabupaten hingga desa. Menurutnya, program laduni merupakan pelayanan yang bersifat menyeluruh kepada calon pengantin yang akan melakukan pernikahan. Hal itu difasilitasi dengan pelayanan konseling serta pelayanan kesehatan untuk 100 hari pertama sebelum hamil.

“Masalah stunting adalah masalah bersama dengan melibatkan lintas sektor dan kemudian disosialisasikan kepada masyarakat khususnya kaum perempuan dan ibu hamil,” ungkapnya.

Lanjutnya, pemberian edukasi dan nutrisi micro nutrient merupakan hal yang sangat penting untuk menurunkan angka stunting agar bayi tidak lahir prematur atau lahir dalam ukuran kecil. Sehingga angka kesehatan dan bayi di daerah Probolingoo menjadi semakin meningkat.

“Pemberian edukasi dan nutrisi ini tidak hanya pada 100 hari pertama pra nikah akan tetapi juga 1000 hari pertama kehidupan janin yang ada dalam kandungan. Dengan demikian anak akan terlahir minimal menjadi anak yang sehat, berat badan tidka kurang dan kesehatannya terjaga,” ungkapnya.

Sementara itu, Hj. Puput Tantriana Sari, SE mengharapkan dengan adanya kerjasama itu mampu membantu pemerintah daerah dalam hal penyusunan program strategis pencegahan dan penurunan prevalensi stunting bisa diturunkan di kabupaten probolinggo. Permasalahan stunting selayaknya telah menjadi tugas bersama. Sehingga program inovasi laduni yang dicanangkan oleh pihak UNAIR dapat menjadi program daerah.

“Terima kasih kepada pihak UNAIR yang telah menfasilitasi adanya program tersebut. Ini merupakan kontribusi besar bagi perkembangan kesehatan yang ada di daerah,” tambahnya.

Penulis : Khefti Al Mawalia