Universitas Airlangga Official Website

Optimis, Realistis dan Positif, Kunci Dyta Raih Berbagai Prestasi

Dyta, wisudawan berprestasi FIB UNAIR periode September 2019. (Ilustrasi: Feri Fenoria)

UNAIR NEWS – Dyta Septiyatik atau yang akrab disapa Dyta berhasil menyelesaikan studi S1 jurusan Bahasa dan Sastra Inggris dengan IPK 3.77. Dengan skripsi yang berjudul “The Use of Mnemonic Device as An English Vocabulary and Grammar Learning Strategy for the Seventh Grade Students: A Case Study at SMP Negeri 4 Surabaya”.

“Dalam skripsi ini, saya mencoba meneliti manfaat dari penggunaan strategi belajar kosa kata dan grammar bahasa Inggris menggunakan mnemonic device, atau yang lebih kita kenal dengan sebutan jembatan keledai bagi siswa kelas tujuh,” jelas Dyta.

Tidak hanya sibuk belajar di bangku perkuliahan. Dyta memanfaatkan empat tahun masa studinya untuk mengukir berbagai prestasi. Salah satu capaian terbesarnya adalah ketika dia berkesempatan untuk mengikuti International Social Business Summer Program di Daffodil International University, Bangladesh bersama 5 teman mahasiswa lain, dan didampingi 2 dosen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

“Disana saya mendapatkan banyak ilmu dan pelatihan selama dua minggu. Yang membuat saya lebih terkejut adalah ketika kompetisi business plan, kelompok saya yang juga terdiri dari 2 mahasiswa UNAIR lainnya berhasil memperoleh juara satu,” ucapnya.

Dyta juga aktif berorganisasi. Di FIB, dia pernah tergabung dalam BLM, BEM, dan Himpunan Mahasiswa Departemen (EDSA). Kemudian menjadi salah satu volunteer di Pusat Pengelolaan Dana Sosial (PUSPAS) UNAIR.

Di luar kampus, Dyta menjadi bagian dari Ayo Ngaos Surabaya sebagai pengajar dan divisi program. Beberapa lomba juga dia ikuti, seperti lomba debat dan esai.

Saat ini Dyta sedang mengikuti Program Magang Mahasiswa Bersertifikat (PMMB) di PT. Pelindo Daya Sejahtera, Tanjung Perak, selama enam bulan ke depan. Di perusahaan tersebut dia tergabung dalam Sekretaris Perusahaan.

“Optimis, realistis, dan positif adalah tiga nilai dasar yang saya terapkan untuk seluruh aktivitas yang saya jalani,” jelas Dyta.

Menurutnya, dengan optimis kita bisa termotivasi untuk melakukan yang terbaik, bahkan untuk hal yang di luar zona nyaman kita sekalipun. Kemudian dengan realistis, kita bisa terlatih untuk membaca situasi, karena tentunya tidak semua hal berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Yang terakhir, tanpa pemikiran positif, kita tidak akan pernah menghargai proses, dan bahkan jauh dari rasa bersyukur.

Penulis : Galuh Mega Kurnia

Editor : Khefti Al Mawalia