Universitas Airlangga Official Website

Prof. Suryanto: Indonesia masih Tahap Belajar Merdeka

SUASANA saat salah satu narasumber memaparkan materi dalam Konferensi Mahasiswa Merdeka Belajar pada Minggu (15/11/2020). (Foto: istimewa)
SUASANA saat salah satu narasumber memaparkan materi dalam Konferensi Mahasiswa Merdeka Belajar pada Minggu (15/11/2020). (Foto: istimewa)


UNAIR NEWS –
Dalam rangka perayaan Dies Natalis Fakultas Psikologi Ke-37 dan Universitas Airlangga Ke-66 (UNAIR), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) KM Fakultas Psikologi menyelenggarakan Talkshow Konferensi Mahasiswa Merdeka Belajar (KMMB). Mauliddita Salsabila Azzahra sebagai ketua panitia menyatakan bahwa kegiatan yang disiarkan melalui akun YouTube KMMB itu diselenggarakan sebagai repons atas kebijakan baru dari Menteri Nadiem Makarim yang menggagas tentang merdeka belajar.

“Selain itu, acara ini terlaksana karena gagasan Najeela Shihab yang menyerukan Indonesia butuh anak muda dan didukung oleh semangat sumpah pemuda,” terangnya dalam pemapaparan saat menjadi keynote speaker pertama.

Dengan mengusung tema Aktualisasi Diri Pemuda di Indonesia yang Baru, KMMB bertujuan sebagai wadah bagi mahasiswa dalam mengaktualisasi diri dan menunjukkan kemampuannya sebagai mahasiswa merdeka untuk berinovasi tanpa batas. Turut hadir Najeela Shihab, Prof. D. Suryanto, M.Si., Psikolog., Prof. Dr. Seger Handoyo, Psikolog., dan lima keynote speaker pemuda sebagai narasumber dalam talkshow yang dilaksanakan pada Minggu (15/11/2020).

Rangkaian acara dimulai dengan sesi tanya jawab bersama para peraih penghargaan National E-Presentation Competition (NEPC). Diketahui, sebelum puncak acara KMMB telah diselenggarakan NEPC yang merupakan kompetisi ilmiah bagi seluruh mahasiswa di Indonesia untuk menghadapi tantangan dan memberikan solusi kritis terhadap perubahan masif di Indonesia.

Dalam pemaparan saat sesi talkshow, Najeela Shihab menerangkan bahwa dunia pendidikan membutuhkan suatu inovasi yang jelas. Di sinilah peran pemuda dibutuhkan, karena pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Dalam mencetuskan inovasi kebijakan, Najeela menuturkan bahwa pemerintah harus belajar dari apa yang telah dikerjakan oleh para pegiat di lapangan. Inovasi yang dirancang, menurut Pendiri Sekolah dan Kampus Guru Cikal itu harus dikasih waktu untuk beradabtasi, bukan diganti-ganti setiap waktu.

“Sistem kebijakan dalam dunia pendidikan kita sering berganti-ganti seiring dengan bergantinya menteri. Bagaimana kita tahu apakah inovasi itu dapat memberikan perubahan atau tidak kalau baru beradabtasi saja sudah digantikan,” terangnya.

Sementara itu, Prof. D. Suryanto, M.Si., Psikolog., menjelaskan kata aktualisasi yang menjadi tema kegiatan bermakna sebagai suatu target tertinggi yang ingin dicapai. Dalam konteks aktualisasi kesiapan untuk mencapai kemerdekaan belajar, Dekan Fakultas Psikologi itu menyatakan bahwa kondisi Indonesia saat ini masih dalam tahapan merdeka belajar. Artinya, masyarakat Indonesia harus lebih belajar untuk memaknai kemerdekaan yang ada.  Dia menuturkan bahwa kondisi itu terjadi karena mayarakat, khususnya pemuda masih masih belum tau harus bergerak ke arah mana dan selalu membutuhkan intruksi.

“Kita harus bangun bersama untuk bergeser dari tahapan belajar medeka menuju merdeka belajar yang sesunggunhnya,” serunya.

Sebagai perwakilan dari pemuda yang menjadi penggerak inovasi, Lukas Norman Kbarek menguraikan bahwa merdeka menurutnya adalah bagaimana pemuda bisa mengoptimalisasikan potensi diri tanpa adanya halangan.

“Berbagai latar belakang yang dimiliki para pemuda tidak menjadi penghalang bagi kita untuk menjadi agent of change. Kita sama-sama punya kebebasan berekspresi dan berinovasi dalam mengeluarkan spirit,” tekannya.

Terakhir, acara KMMB ditutup dengan pembacaan ikrar mahasiswa merdeka. (*)

Penulis: Nikmatus Sholikhah

Editor: Feri Fenoria