Madu sudah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia. Di Indonesia dapat ditemukan beberapa jenis madu, antara lain madu kelengkeng, madu hitam, madu randu, dan madu hutan lainnya. Madu randu adalah salah satu jenis madu yang mudah ditemukan di masyarakat. Madu ini berasal dari lebah madu yang dikembangbiakan di hutan randu dan mengonsumsi nectar dari bunga randu (Cheiba pentandra). Madu randu biasanya digunakan sebagai campuran jamu tradisional atau di konsumsi secara langsung. Manfaat mengkonsumsi madu antara lain membantu proses penyembuhan terhadap infeksi pencernaan ataupun saluran nafas, meningkatkan kesehatan tubuh atau sistem imun, dan untuk mempercepat pertumbuhan jaringan baru.
Madu randu mempunyai karakteristik secara fisik yaitu mempunyai warna yang bewarna coklat muda cenderung bening, memiliki rasa yang manis dengan sedikit masam, jika dipanen pada musim panas maka kadar air dalam madu lebih sedikit dibanding saat musim hujan. Bagi sebagian orang yang sudah terbiasa meminum madu randu akan merasakan bau aroma yang khas dari madu randu. Secara umum kandungan madu randu sama dengan kandungan madu pada umumnya. Kandungan madu randu antara lain gula yang terdiri dari fruktosa, glukosa, dan jenis gula lain seperti maltosa, sukrosa, isomaltosa, dan beberapa oligosakarida lainnya. Selain itu juga memiliki kandungan mineral seperti Magnesium, Kalium, Potasium, Sodium, Klorin, Sulfur, Besi, dan Fosfat. Terdapat juga vitamin antara lainnya yaitu thiamin (B1), riboflavin (B2), asam askorbat (C), piridoksin (B6) dan B3, yang setiap komposisinya dapat berubah tergantug kualitas dari serbuk sari yang dihasilkan.
Kandungan gizi yang beragam pada madu dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan manusia. Salah satu pemanfaatan dari madu yaitu sudah digunakan sebagai antimikrobial berbahan alami untuk mengobati infeksi karena bakteri. Antibakteri yang terdapat pada madu ini berasal dari adanya kandungan senyawa penghambat yang berperan sebagai antimikroba dan juga beberapa faktor seperti sifat osmotik madu yang merupakan larutan gula yang sangat jenuh. Salah satu penelitian telah membuktikan mengenai kemampuan madu dalam mencegah serta berperan sebagai kontrol infeksi terhadap Staphylococcus koagulase-negatif, Pseudomonas aeruginosae, Enterococcus sp.
Staphylococcus sp. adalah bakteri yang mudah menyebabkan infeksi pada kulit dan tenggorokan. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus seperti jerawat, bisul, luka bernanah, nyeri tenggorokan seperti pneumonia. Dan berdasarkan hasil penelitian bakteri Staphylococcus sp. telah menimbulkan resisten pada beberapa antibiotik, oleh karena itu kuman ini sering menimbulkan masalah terapeutik yang serius.
Pada beberapa kasus, madu telah digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik standart dan terapi antiseptik. Hal ini telah ditemukan di beberapa kasus dan terbukti sangat efektif dalam proses penyembuhan infeksi. Dan hasil pada penelitian ini juga membuktikan bahwa penggunaan madu Randu dengan konsentrasi yang tepat dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus sp. Pada penelitian ini, madu yang digunakan yaitu madu murni, dengan harapan bahwa efektifitas yang terjadi pada proses penghambatan bakteri Staphylococcus sp terjadi karena disebabkan oleh kandungan senyawa pada madu randu tersebut.
Adapun hasil penelitian serupa mengenai uji aktivitas madu terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans yaitu dengan konsentrasi madu dibawah 10% sudah dapat menghambat pertumbuhan dari Streptococcus mutans. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fahrul (2014) mengenai efektivitas ekstrak madu multiflora dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
Kandungan madu yang bersifat antibakteri yaitu senyawa Hidrogen Peroksida. Senyawa Hidrogen Peroksida memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri pathogen. Selain itu diketahui bahwa madu memiliki pH yang rendah yang dapat mempengaruhi aktifitas antibakteri. Madu juga memiliki sifat hidroskopik yang mana dari sifat ini memberikan kemampuan untuk dapat menarik air dari lingkungan hidup bakteri sehingga bakteri mengalami dehidrasi.
Selain itu terdapat pula senyawa organik seperti polifenol, flavonoid, inhibin, dan glikosida yang bersifat sebagai antibakteri dengan cara merusak integritas dinding sel sehingga dapat menghambat atau membunuh agen mikroba. Inhibin lebih sensitif untuk menghambat pertumbuhan Gram Negatif daripada Gram Positif. Tingkat keasaman yang tinggi pada madu dapat mengurangi dan menghambat pertumbuhan bakteri. Kadar gula yang tinggi pada madu juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Berdasarkan informasi di atas, madu randu dapat berpotensi sebagai agen antibiotic baru berbahan dasar herbal. Hal ini dapat menjadi alternatif pengobatan, sehingga konsumsi antiobiotik berbahan kimia dapat diminimalkan. Karena konsumsi yang tidak teratur dari antiobiotik berbahan kimia, dapat meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik tertentu.
Penulis: Aliyah Siti Sundari
Informasi detail dari artikel ini dapat dibaca lebih lengkap pada publikasi ilmiah berikut: https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/2020123012593814_2020_0942.pdf