UNAIR NEWS – BEM Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga menggelar seminar internasional dengan tajuk Small Action Big Impact: Preserving Cultural Heritage in The Era of Environmental Crisis. Seminar berlangsung di Maleo Hall Gedung Medang, Kampus Dharmawangsa-B, Universitas Airlangga, pada Senin (2/9/2024).
BEM FIB menggandeng Airlangga Global Engagement (AGE) dalam menggelar kegiatan ini. Seminar ini bertujuan untuk memberikan edukasi terkait lingkungan dan budaya ke mahasiswa. Puluhan mahasiswa lokal dan sepuluh mahasiswa internasional dari berbagai penjuru dunia turut hadir dalam seminar ini.
Pelestarian Budaya untuk Kelestarian Lingkungan
Tegar Putratama Fahriza selaku Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga memberikan sambutan singkat dalam acara tersebut. Tegar mengaku sangat antusias menyambut acara tersebut. Ia berharap para peserta dapat memperoleh pengetahuan baru, terutama terkait lingkungan melalui seminar ini.
“Seminar yang merupakan rangkaian dari CUBES 2024 ini memiliki tujuan mengedukasi masyarakat tentang bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan, melahirkan budaya baru, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya untuk kelestarian lingkungan,” ujarnya.
Pembicara Berkompeten di Bidangnya
Seminar ini menghadirkan tiga pembicara yang berkompetensi di bidang lingkungan dan budaya. Pembicara pertama adalah Koordinator Earth Hour Indonesia, Adriani Valianda Tobing. Wanita yang akrab dipanggil Tobing itu memaparkan materi dengan judul Manusia dan Perubahan Iklim. Beliau mengungkap bahwa manusia turut berperan penting dalam perubahan iklim yang terjadi saat ini.
Ketika manusia mengambil tindakan merugikan lingkungan, seperti membuang sampah di sungai serta menebang hutan, tindakan tersebut akan memicu perubahan iklim yang merugikan manusia itu sendiri.Oleh karena itu, perlu ada kesinambungan antara budaya di masyarakat dengan upaya menjaga lingkungan.
“Saya berpikir terdapat hubungan antara budaya di masyarakat dan lingkungan. Contoh dekatnya adalah budaya di Papua, mereka punya budaya tradisional yang mengajarkan untuk menjaga lingkungan dengan membersihkan sungai dan melindungi hutan,” paparnya.
Sependapat dengan Tobing, pemateri kedua Asisi Suhariyanto juga mengatakan bahwa keterkaitan budaya dengan lingkungan sudah ada sejak zaman nusantara klasik. Pendiri Asisi Channel itu menegaskan bahwa peran manusia sangat penting untuk menjaga lingkungan
Terakhir, pembicara ketiga Prigi Arisandi menyebut bahwa menjaga lingkungan merupakan tugas yang mulia. “Saya mengatakan bahwa orang yang menjaga lingkungan ibaratnya adalah orang yang sedang membeli surga,” ucap pendiri Ecoton itu.
Penulis: Selly Imeldha
Editor: Edwin Fatahuddin