Ion logam berat yang terkandung dalam air akan menyebabkan bahaya serius bagi makhluk hidup untuk waktu yang lama karena bersifat toksik, komulatif, dan tidak dapat diuraikan. Logam berat yang sering mencemari lingkungan adalah timbal, Pb(II) dan tembaga, Cu(II) dengan kadar maksimal 0.01 and 2.0 mg/L. Bila manusia mengkonsumsi air dengan kadar Cu(II) dan Pb(II) lebih dari kadar normal, maka akan mengakibatkan penyakit seperti muntah-muntah, lambung, kolik, yang kemudian disusul dengan hipotensi, nekrosi hati dan koma. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meminimalisir kadar logam Cu(II) dan Pb(II) dilingkungan perairan. Ada beberapa metode untuk menghilangkan pencemaran ion logam berat secara kimia seperti pengendapan secara kimia, koagulasi, kompleksasi, ekstraksi pelarut, separasi dengan membran, pertukaran ion dan adsorpsi. Dari beberapa metode tersebut adsorpsi merupakan metode yang paling efektif dalam mengurangi logam berat didalam air dan perairan karena prosesnya sederhana, ramah lingkungan, tidak adanya efek samping, efektifitas dan efisiennya tinggi.
Beberapa jenis adsorben yang telah banyak digunakan antara lain, karbon aktif, clays, bentonit alam, zeolit, resin penukar ion dan silika. Salah satu sumber silika yang dapat belum banyak diteliti adalah pasir alam. Melihat potensi kelimpahan pasir alam pulau Timor-NTT dan berdasarkan hasil ekstraksi pasir alam Takari diperoleh kemurnian sampai 97,8 % sehingga perlu diteliti dan dikembangkan. Namun dalam aplikasi, silika mempunyai kelemahan sehingga perlu dimodifikasi dengan senyawa organik yang mengandung gugus fungsional (gugus aktif) seperti -SH (merkapto). Merkapto merupakan gugus fungsional yang terdapat dalam senyawa organosilan yang dapat digunakan dalam memodifikasi silika. Hasil modifikasi silika dengan -SH ini yang kemudian digunakan sebagai adsorben dalam mengadsorpsi Cu(II) dan Pb(II).
Hasil sintesis adsorben yang selanjutnya dikarakterisasi dengan FTIR, XRF dan SEM. Spektrum FTIR menunjukkan keberhasilan pembuatan adsorben HS@M dengan keberadaan gugus OH silanol (Si-OH) and siloksan (Si-O-Si), metilen (-CH2-), thiol (-SH). Hasil XRF menunjukkan ada dua unsur memiliki komposisi yang cukup besar, yaitu unsur Si dan S dengan presentase masing-masing sebesar 31.7 % dan 59.6 %. Citra SEM menunjukkan permukaan HS@M berbentuk butiran-butiran, tidak beraturan, namun ukuran yang homogen dan partikel-partikel membentuk agregat dengan ukuran lebih besar. Hasil mapping menunjukkan persebaran unsur merata pada permukaan HS@M. Adsorben Silika@BSA kemudian digunakan dalam mengadsorpsi Pb(II) dan Cu(II). Parameter optimasi menunjukkan pH optimum adsorpsi ion logam Cu(II) dan Pb(II) pada pH 5, waktu kontak optimum Cu(II) 50 menit, Pb(II) 80 menit, konsentrasi optimum Cu(II) 80 ppm dan Pb(II) 20 ppm, dan kinetika kedua ion mengikuti kinetika orde 2 semu.
Penulis: Handoko Darmokoesoemo, Johnson N. Naat, Yantus A. B Neolaka, Titus Lapailaka, Rachmat Triandi Tj, Akhmad Sabarudin, and Heri Septya Kusuma.
ADSORPTION OF Cu(II) AND Pb(II) USING SILICA@MERCAPTO (HS@M) HYBRID ADSORBENT SYNTHESIZED FROM SILICA OF TAKARI SAND: OPTIMIZATION OF PARAMETERS AND KINETICS.
Link: https://rasayanjournal.co.in/admin/php/upload/3101_pdf.pdfÂ