Universitas Airlangga Official Website

Ahli Ilmu Politik UNAIR Ini Naik Tangga ke Pusat

Saya secara pribadi merasa kagum dan bangga dengan adik alumni UNAIR yang dengan cepat karirnya melejit setelah saya mendapatkan informasi bahwa dia ditarik pusat karena kepiawaiannya sangat dibutuhkan oleh negara. Saya lalu mengirim ucapan selamat dengan iringan doa semoga Allah memberi kekuatan padanya untuk mengemban amanah negara ini.

Saya bangga dan terkejut karena saya rasanya baru saja menulis artikel tentang dirinya di Media UNAIR ini berjudul “Ahli Politik, Mengurusi Pangan”. Tulisan saya sejatinya ingin memberi motivasi pada lulusan UNAIR tentang kesempatan luas untuk mengabdi, bekerja apapun latar belakang fakultas atau program studinya.

Adalah junior saya saudara Awaludin Iqbal, lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNAIR jurusan Ilmu Politik angkatan 1989 yang angkatannya di UNAIR selisih 16 tahun dibawah  saya dan pada saat saya menulis artikel ini dia dipromosikan ke Badan Urusan Logistik Jakarta menjadi Direktur Pengadaan. Saya tanya dia kapan SK pengangkatannya, dia jawab “per hari ini Cak” – yaitu hari Kamis tanggal 23 Januari 2025.

Sebelum tanggal 23 Januari 2025 itu dik Iqbal – begitu saya memanggilnya menduduki jabatan penting yaitu sebagai Pimpinan Perum Bulog (Badan Urusan Logistik) Kantor Wilayah Jawa Timur. Saya menyebutnya penting, karena Bulog Jawa Timur itu adalah Bulog Tipe A – atau yang paling unggul dijajaran Bulog nasional. Itu karena Bulog Jatim berada di propinsi yang menjadi salah satu lumbung pangan atau “rice bowl” terbesar di nusantara ini dimana menyumbang sekitar 30-35% pengadaan beras nasional dan secara rutin men-supply beras ke luar Jawa. Saya kebetulan pernah menjadi Kepala Humas di Bulog Jatim ini tahun 1980 an dimana saudara Iqbal kala itu masih menjadi staf.

Sekarang jabatan baru dik Iqbal ini sangatlah penting dan strategis karena jabatannya itu sangat dibutuhkan oleh negara dibawah kepemimpinan presiden Prabowo yang mempunyai tekad untuk tidak meng-impor barang-barang kebutuhan pokok terutama beras. Pak Prabowo (dan semua rakyat) tidak ingin melihat negara mengeluarkan dana dari uang rakyat untuk impor beras selama ini sejumlah 1,5 -3,5 juta ton dari negara lain. Beliau ingin negara kita swasembada pangan agar bisa memberi makan rakyat.

Untuk dapat melakukan swasembada pangan itulah negara memerlukan kepemimpinan lembaga-lembaga yang terkait seperti Kementrian Pertanian dan Bulog beserta jajarannya disetiap daerah. Dan bicara Bulog, maka tugas dik Iqbal lah yang diharapkan bisa memenuhi harapan presiden dan rakyat Indonesia itu.

Dik Iqbal menjadi Direktur Pengadaan atau Head of Procurement Division di Bulog harus mampu memobilisasi Divre-Divre atau Divisi Regional Bulog di semua propinsi yang memproduksi beras seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali dan Sulawesi Selatan – untuk melakukan pengadaan atau membeli beras dari petani. Dia juga bertanggung jawab untuk memonitor “marketable surplus” beras yang ada di daerah-daerah itu untuk memastikan stok beras nasional itu cukup. Tidak hanya itu dik Iqbal juga harus terus-menerus mengawasi kualitas produksi beras petani yang dibeli Bulog untuk cadangan nasional; dengan demikian dia harus paham kandungan air gabah/beras atau moisture content, derajat sosoh beras, kapasitas semua gudang-gudang milik Bulog yang ratusan jumlahnya, mengawasi kelayakan gudang, ketepatan gudang Bulog menjaga kualitas beras dengan rutin menjaganya tidak terkena hama, mengawasi logistik, transportasi baik didalam maupun luar Jawa; memastikan kecukupan persediaan beras di propinsi-propinsi yang bukan penghasil beras, melakukan koordinasi dengan Pemerintah Propinsi dan Kabupaten untuk menggerakan Koperasi Unit Desa, melakukan edukasi pada petani tentang kualitas beras dan pasca panen dsb dsb. Saya tidak bisa meneruskan daftar tugas-tugas yang diemban dik Iqbal karena banyak dan sangat strategis.

Tapi saya yakin dik Iqbal dengan keahlian dan pengalaman panjangnya di Bulog akan mampu mengemban amanat negara dan bangsa untuk membangun food security, mencukupi kebutuhan pangan rakyat.

Bagi mahasiswa atau lulusan UNAIR ada lesson learned dari perjalanan dik Iqbal ini yaitu pekerjaan itu disamping tergantung (tidak selalu) pada angka IPK atau prodinya apa, namun sangat tergantung pada psychological traits antara lain sederhana atau humble, memiliki integritas, cepat merespon suatu masalah dan menyelesaikannya, mampu menangkap sinyal-sinyal kejadian, memiliki interpersonal communication yang baik, respek pada orang tua, senior, guru, dosen dsb – yang itu semua ada pada diri dik Iqbal.

Sekali lagi saya ucapkan selamat bertugas pada jabatan yang baru kepada saudara Awalaudin Iqbal dan engkau sangat membanggakan tidak hanya FISIP UNAIR – tapi juga kami-kami civitas akademika kampus tercinta Universitas Airlangga ini.